Editor Indonesia, Jakarta – Adidas Umumkan Bakal PHK 500 Karyawan. Produsen pakaian olahraga terbesar kedua di dunia, Adidas, berencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap karyawannya di kantor pusat Herzogenaurach, Jerman.
Berdasarkan laporan Reuters, kabar tersebut diungkapkan salah seorang sumber yang ikut dalam pertemuan pembahasan tersebut. CEO Bjoern Gulden berencana memangkas hingga 500 pekerja di kantor pusatnya. Adapun Adidas saat ini mempekerjakan sekitar 5.800 pekerja di Kota Bavaria.
Rencana PHK terhadap karyawan Adidas pertama kali diberitakan oleh majalah Manager Jerman. Kendati begitu, seorang juru bicara Adidas enggan untuk mengonfirmasi jumlah tersebut. Dia hanya mengatakan, struktur perusahaan itu terlalu rumit dalam dunia yang terus berubah. Juru bicara Adidas juga menegaskan, PHK tersebut bukan bagian dari program pemangkasan biaya, tetapi lebih merupakan upaya untuk menyesuaikan bisnisnya dengan perubahan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, dilaporkan CNBC bahwa Adidas akan memutuskan jumlah akhir karyawan yang akan kena PHK usai perusahaan melakukan sejumlah proses lebih lanjut. Karyawan Adidas sendiri mengetahui pemangkasan tersebut pada Rabu pekan lalu, hanya satu hari usai perusahaan mengumumkan laba awal untuk kuartal liburannya dan pertumbuhan penjualan sebesar 19%.
Perusahaan tersebut mengharapkan penjualan tumbuh menjadi 5,97 miliar euro, lebih tinggi dari 5,68 miliar euro yang diperkirakan analis sebelum pengumuman, menurut LSEG.
Adapun, Adidas telah merestrukturisasi bisnisnya dan menutup 2024 dengan catatan tinggi, yakni penjualan dan laba yang tumbuh menjadi 5,97 miliar euro, lebih tinggi dari 5,68 miliar euro yang sebelumnya diperkirakan oleh analis dan perusahaan. Perusahaan ini mengandalkan gaya klasik Samba dan Gazelle untuk mendongkrak penjualan dan juga diuntungkan oleh perlambatan penjualan Nike, pesaing terbesarnya. Sementara itu pesaingnya yang lebih kecil Puma (PUMG.DE), mengumumkan program pemangkasan biaya setelah laba bersih tahun 2024 tidak memenuhi ekspektasi. (Frd)