Editor Indonesia, Jakarta — Amerika Serikat dan China dilaporkan telah mencapai kerangka kerja yang dinilai sangat sukses menjelang pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang akan digelar pekan depan. Kesepakatan awal itu tercapai setelah perundingan intensif selama dua hari di Malaysia.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan kedua pihak mendiskusikan sejumlah isu strategis, termasuk perdagangan produk pertanian, aplikasi TikTok, perdagangan fentanil, logam tanah jarang, dan dinamika hubungan bilateral secara keseluruhan.
“Pembicaraan berlangsung konstruktif, luas, dan mendalam, serta memberi kami kemampuan untuk bergerak maju dan menyiapkan panggung bagi pertemuan para pemimpin dalam kerangka kerja yang sangat positif,” ujar Bessent kepada wartawan di Kuala Lumpur, Ahad (26/10).
Negosiasi antara kedua delegasi berlangsung di gedung pencakar langit Merdeka 118, bertepatan dengan kunjungan Trump yang menghadiri pertemuan para pemimpin Asia Tenggara di pusat konvensi terdekat.
Delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, didampingi oleh Perwakilan Dagang Li Chenggang dan Wakil Menteri Keuangan Liao Min, sementara dari pihak AS hadir Perwakilan Dagang Jamieson Greer bersama tim ekonomi Gedung Putih.
Presiden Trump tiba di Malaysia pada Minggu untuk memulai kunjungan pertamanya ke kawasan Asia Tenggara pada masa jabatan keduanya. Ia disambut langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di landasan pacu, sebelum dijadwalkan menghadiri penandatanganan deklarasi perdamaian antara Thailand dan Kamboja.
Selanjutnya, Trump akan melanjutkan lawatan ke Jepang dan Korea Selatan, dengan pertemuan bilateral puncak bersama Presiden Xi dijadwalkan berlangsung di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
“Kami akan membahas banyak hal. Saya pikir kami memiliki peluang yang sangat bagus untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif,” kata Trump kepada wartawan.
Pertemuan tatap muka antara Trump dan Xi ini menjadi yang pertama sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu. Keduanya telah melakukan setidaknya tiga kali pembicaraan telepon sepanjang tahun ini, namun pertemuan langsung diharapkan dapat membuka jalan menuju stabilisasi hubungan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu.
Salah satu isu sensitif yang diperkirakan muncul dalam pembicaraan ialah kebijakan AS terhadap Taiwan. Beijing kembali mendesak Washington agar secara resmi menegaskan sikap menentang kemerdekaan Taiwan—suatu langkah yang akan menjadi kemenangan diplomatik besar bagi China.
Meski demikian, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa pemerintahan Trump tidak akan mengabaikan komitmen lama Amerika Serikat terhadap Taiwan. (Frd)

