Bagaimana Motor BBM Dikonversi Jadi Motor Listrik? Gampang, Ini Caranya
Editor Indonesia, Jakarta – Bagaimana motor BBM dikonversi jadi motor listrik?. Pertanyaan itu kerap mumcul saat pemerintah gencar mempromosikan penggunaan kendaraan listrik di tanah air setahun terakhir.
Sebenarnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak akhir tahun lalu, mengijinkan masyarakat pemilik kendaraan bermotor Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk mengkonversinya ke motor listrik.
Dari laman (situs) pendaftaran online konversi motor listrik Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), disebutkan bahwa, konversi motor listrik ini merupakan salah satu upaya menurunkan impor BBM dan mencapai target pengurangan emisi.
Bagi masyarakat yang ingin mengkonversi motor BBM ke motor listrik, pemerintah akan memberikan insentif bantuan Rp10 juta. Ketentuan itu tertulis dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2023 Tentang Pedoman Umum Bantuan Pemerintah Dalam Program Konversi Sepeda Motor Dengan Penggerak Motor Bakar Menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai.
Bantuan juga bisa diberikan kepada perorangan, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah dan non-pemerintah.
Berikut cara pendaftarannya:
1. Kunjungi situs resminya melalui ebtke.esdm.go.id/konversi
2. Klik “Mendaftar Konversi”
3. Pilih lokasi bengkel terdekat.
4. Isi formulir pendaftaran.
5. Setelah selesai, pastikan mendapat email notifikasi.
6. Nantinya permohonan akan diterbitkan setelah bengkel melakukan pengecekan teknis kondisi sepeda motor dan kelengkapan surat-surat kendaraan (Kesesuaian KTP, STNK, BPKB, Nomor Mesin dan Nomor Rangka).
7. Jika sudah sesuai, bengkel mulai melakukan pengerjaan konversi sepeda motor milik pemohon.
8. Bengkel mengajukan permohonan SUT dan SRUT secara online ke Kemenhub.
9. Kemenhub unggah SUT dan SRIT yang telah diterbitkan.
10. LVI melalukan verifikasi.
11. Serah terima sepeda motor kepada pemilik
Pengurangan Impor BBM
Sebagaimana diketahui, Indonesia berkomitmen untuk melaksanakan pembangunan menuju rendah karbon dan ketahanan iklim. Komitmen itu dicapai secara bertahap dengan target transisi. Dimama mencapai target pengurangan emisi sebesar 31,89 persen pada tahun 2030, atau 43,2 persen dengan dukungan internasional. Target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Sektor transportasi masih menjadi pengguna energi terbesar (42 persen) di mana sebagian besar berasal dari penggunaan BBM yang diimpor. Pada tahun 2020, impor bahan bakar mencapai 61 juta barrel minyak atau setara pengeluaran devisa Rp40 triliun.
Salah satu upaya untuk menurunkan impor BBM adalah dengan menggalakkan penggunaan kendaraan listrik melalui percepatan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Percepatan ini bisa dipenuhi dengan kendaraan baru maupun melalui kendaraan konversi BBM ke listrik.
Bantuan pemerintah dalam program konversi motor listrik ditujukan untuk mendorong minat masyarakat melakukan konversi sepeda motor BBM menjadi motor listrik. (Didi)