Editor Indonesia, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kelompok pendidikan mengalami inflasi sebesar 0,69 persen, mendorong andil inflasi sebesar 0,04 persen terhadap inflasi umum pada Juli 2024.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan secara historis kelompok ini memang kerap menjadi pendorong inflasi lantaran dimulainya tahun ajaran baru.
“Adapun komoditas penyumbang inflasi dalam kelompok pendidikan adalah biaya SD, SMP, dan SMA yang masing-masing menyumbang andil 0,01 persen,” ungkap Plt Kepala BPS Amalia dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Menurut dia, data historis menunjukkan kelompok pendidikan masih berpotensi memberikan andil inflasi dalam dua bulan ke depan.
Komoditas lain yang juga menjadi penyumbang inflasi pada Juli adalah cabai rawit dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen.
Di samping itu, emas perhiasan, kopi bubuk, kentang, sigaret kretek mesin, dan sigaret kretek tangan juga berkontribusi terhadap inflasi dengan andil masing-masing 0,01 persen.
Ada enam provinsi mengalami inflasi, di antaranya Papua Barat Daya (0,25 persen), Papua Barat (0,13 persen), Papua Tengah (0,12 persen), Bali (0,10 persen), Jawa Barat (0,06 persen), dan Jawa Timur (0,04 persen).
Bahan Pangan Dorong Deflasi
Kelompok makanan, mulai bawang merah hingga cabai merah menjadi faktor utama penyumbang deflasi Juli 2024 yang tercatat sebesar 0,18 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan kelompok makanan, minuman, dan makanan telah menjadi penyumbang utama deflasi selama empat bulan berturut-turut, dengan andil 0,28 persen dan deflasi 0,97 persen. Deflasi kelompok ini menjadi yang terdalam sejak November 2022.
“Komoditas utama penyumbang deflasi Juli 2024, antara lain bawang merah andil 0,11 persen, cabai merah 0,09 persen, tomat 0,07 persen, dan daging ayam ras 0,04 persen,” kata Plt Kepala BPS Amalia.
Di antara komoditas tersebut, tomat mengalami deflasi terdalam sepanjang 2022 sampai dengan 2024. Deflasi sejumlah komoditas itu sejalan dengan upaya pengendalian inflasi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah.
“Karena jumlah pasokan di pasar cukup, ini menyebabkan deflasi dari harga komoditas-komoditas tersebut dan berkontribusi pada deflasi (Juli),” ujarnya.
Bila ditinjau berdasarkan wilayah, sebanyak 32 provinsi mengalami deflasi, di mana deflasi terdalam terjadi di Sumatera Barat (1,07 persen), Gorontalo (0,95 persen), Papua Selatan (0,92 persen), Kalimantan Tengah (0,68 persen), Nusa Tenggara Barat (0,35 persen), dan Banten (0,24 persen). (Har)
Baca Juga: BPS : Impor Beras 2023 Terbesar Selama 5 tahun Naik 613,61% dari 2022