Evaluasi Akhir Kinerja Program CSA: Kementan Mengukur Ketangguhan Petani Hadapi Perubahan Iklim/dok.kementan

Evaluasi Akhir Kinerja Program CSA: Kementan Mengukur Ketangguhan Petani Hadapi Perubahan Iklim

Editor Indonesia, Jakarta – Menjelang berakhirnya Program Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim pada 30 Juni 2024, Kementerian Pertanian RI tengah melakukan survei akhir (Endline Survey) untuk mengevaluasi pencapaian dan dampak dari program tersebut.

Survei ini bertujuan untuk menilai kinerja pelaksanaan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dan melihat seberapa jauh program ini telah memenuhi target yang ditetapkan selama periode implementasi 2019-2024. Program CSA bertujuan mencapai tiga sasaran utama:

1. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani: Melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP), program ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan petani.
2. Adaptasi dan Ketangguhan terhadap Dampak Perubahan Iklim (DPI): Mengembangkan kemampuan petani dalam beradaptasi dan bertahan terhadap perubahan iklim yang semakin tidak menentu.
3. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK): Mendorong praktik pertanian yang ramah lingkungan guna mengurangi jejak karbon dan dampak negatif lainnya terhadap iklim.

Evaluasi dan Kemajuan Program SIMURP

Menurut Bustanul Arifin Caya, Direktur National Project Implementation Unit (NPIU) SIMURP, evaluasi kinerja dengan survei ini akan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan program di Kementerian Pertanian pada lokasi intervensi selama tahun anggaran 2019-2024. Evaluasi juga akan menilai dampak awal dari program ini, dengan fokus pada peningkatan IP dan layanan irigasi yang lebih baik bagi rumah tangga petani.

Program CSA ini merupakan bagian dari inisiatif SIMURP yang melibatkan kerjasama antara tiga kementerian: Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Kementerian Dalam Negeri. Program ini juga dikoordinasikan oleh National Steering Committee of Water Resources (NSCWR) yang dipimpin oleh Deputi Sarana dan Prasarana dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, menekankan pentingnya inovasi dan kreativitas dalam menghadapi perubahan iklim global. Mentan menargetkan peningkatan produksi komoditas pokok seperti padi dan jagung sebagai prioritas pada tahun 2024, meskipun dalam kondisi iklim yang tidak menentu.

Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi

Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP), menegaskan bahwa keberhasilan kebijakan Kementan sangat bergantung pada sinergi dan kolaborasi antara semua pihak terkait. Menurutnya, perlu adanya peningkatan wawasan, pemahaman, dan penyamaan persepsi di kalangan para petani untuk mencapai swasembada padi dan jagung.

Sementara, Sri Mulyani, Project Manager SIMURP, menjelaskan bahwa evaluasi kinerja melalui Endline Survey ini akan mengukur capaian outcome berdasarkan indikator Osilasi Dekadal Pasifik (PDO) dan dampak teori perubahan yang tertera dalam Project Appraisal Document (PAD). Fokus utama adalah pada peningkatan IP dan kepuasan rumah tangga petani terhadap layanan irigasi dan penerapan teknologi CSA.

Survei ini juga akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi capaian target dan menyusun strategi ke depan, baik untuk SIMURP maupun program sejenis lainnya.

Hasil yang Diharapkan

Hasil dari survei ini akan disusun dalam laporan komprehensif yang menggambarkan pencapaian kinerja program setelah implementasinya selesai. Pertanyaan yang diajukan dalam survei termasuk seputar pengetahuan responden tentang teknologi CSA dan kepuasan mereka terhadap proses dan hasil dari program ini.

Dengan pendekatan to the point dalam pertanyaan kepada responden, survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai persepsi dan kepuasan petani terhadap Program CSA, serta dampaknya dalam meningkatkan ketangguhan mereka terhadap perubahan iklim. (Jio)