Gibran jadi Cawapres Tak Perlu Kajian Akademis Fenomena Anak Muda Berpolitk
Editorindonesia, Jakarta – Analis komunikasi politik Hendri Satrio menyebut posisi Gibran Rakabuming Raka yang menjadi cawapres Prabowo Subianto tidak membutuhkan kajian akademis atas fenomena anak muda berpolitik.
“Dia bukan sebagai anak muda, Gibran anak presiden. Itu poin utamanya. Cukup gunakan fenomena biologis untuk menjelaskan hal ini,” ujarnya, Jumat 3 November 2023 dalam acara Obrolan Balkon.
Menurutnya persoalan utamanya tidak terletak pada usia, melainkan putra sulung presiden Jokowi melaju pada pilpres 2024 disaat ayahnya berkuasa.
“Lantas apakah hal ini melanggar undang-undang? Khan tidak, usai Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan,” ujarnya.
Hensat mengingatkan, pada tahun 1967 Soeharto naik menjadi presiden juga tidak melanggar undang-undang yang berlaku dan akhirnya Indonesia merasakan kediktatoran selama 32 tahun.
“Oleh karena itu dengan semangat reformasi, rakyat menolak adanya nepotisme. Dan pada hari ini saya menolak frasa Gibran anak muda. Dia anak presiden,” jelasnya.
Founder lembaga survei KedaiKopi ini menambahkan, “jika kita berandai andai setelah lima tahun menjadi wakil Prabowo dan lalu pada 2029 maju nyapres dan mungkin menang, lalu ada peraturan yang diubah apakah penambahan periode atau adiknya Kaesang maju nyapres, bagaimana jika ini terjadi?”
Menurutnya masalah saat ini bukan karena posisinya sebagai anak muda, melainkan nepotisme yang tidak boleh terulang kembali di Indonesia.
“Ini bukan soal kesetaraan anak muda. Kesetaraan usia dengan kesetaraan sebagai anak presiden terlalu menonjol. Saya bicara mengenai privelege seorang Gibran di pilpres 2024,” ucapnya.
“Kesaktian Gibran adalah ia anaknya presiden. Tak heran jika Golkar pun rela meninggalkan jagoannya demi memilih Gibran. Kesaktian Gibran adalah ia pintar dalam memilih bapak,” tutup Hensat. (Didi)
Baca Juga: Gus Imin Siap Hadapi Mahfud dan Gibran