Editor Indonesia, Jakarta – Harga gula dalam sepekan ini mulai merambat naik. Kenaikannya dipicu harga bahan pokok yang banyak bergantung pada impor itu akibat kenaikan harga global, dan kekhawatiran akan dampak El Nino.
“Kenaikan harga gula di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga gula dunia, kenaikan biaya produksi terkait pupuk dan tenaga kerja, kekhawatiran dampak El Niño pada panen tebu tahun 2023-2024 serta penetapan harga beli di tingkat petani oleh pemerintah yang lebih tinggi,” ungkap peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran, dalam keterangan persnya, Rabu (20/9/2023).
Harga gula telah terpantau naik diatas harga acuan penjualan ditingkat konsumen yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional yang sebesar Rp14.500 -15.500 tergantung wilayahnya. Harga gula rata-rata sudah naik sebesar Rp500 per kilogram di tingkat konsumen.
Hasran mengatakan, Indonesia masih banyak bergantung pada impor untuk pasokan gulanya dan harga gula di pasaran internasional sudah meningkat dalam dua bulan terakhir akibat penurunan produksi di beberapa negara produsen utama seperti India, Thailand dan Brasil.
Tahun 2023 ini kebutuhan gula dalam negeri diperkirakan sebanyak 6 juta ton sedangkan produksi dalam negeri hanya mampu mensuplai sebanyak 2,2 juta ton hingga perlu dipenuhi melalui pengadaan dari luar negeri dan ketergantungan pada impor ini terus meningkat sejak tahun 2014.
Sementara itu produksi dalam negeri juga cenderung berkurang seiring dengan penurunan luas lahan tebu di Indonesia
Kenaikan harga pupuk di pasar internasional juga berandil dalam peningkatan harga gula sementara kekhawatiran bahwa El Nino akan mempengaruhi panen tebu di tahun 2023-2024 membuat pasar merespons dengan peningkatan harga sejak dini.
Badan Pangan Nasional juga telah meningkatkan harga pembelian di tingkat petani sebesar Rp100 menjadi Rp 12.500 per kilogram merespon kenaikan harga gula internasional.
“Untuk mengamankan pasokan gula dalam negerinya, pemerintah perlu meningkatkan produksi, termasuk dengan produktivitas yang lebih baik melalui penggunaan teknologi modern, penggunaan benih tebu berjenjang serta penataan varietas,” jelas Hasran.
Pemerintah juga dinilai sebaiknya melakukan diversifikasi sumber impor gula. Saat ini sebagian besar impor gula Indonesia berasal dari Thailand, India, dan Brazil, produsen-produsen yang kini sedang mengalami penurunan produksi.
Diversifikasi sumber impor dapat menyasar negara-negara penghasil gula lainnya seperti Meksiko, Pakistan, Amerika Serikat, Kolombia, Guatemala, dan Filipina. Diversifikasi ini dapat menjadi solusi ketika negara sumber impor utama mengalami penurunan produksi. (Didi)