Ilustrasi/dok.ant

Iklim Investasi dan Pedagangan Indonesia Masih Belum Menarik Investor

Editorindonesia, Jakarta -Iklim investasi dan perdagangan indonesia dianggap masih belum menarik investor. Hal ini dianggap menjadi persoalan sama yang belum juga diselesaikan dengan baik. Yang merupakan salah satu penyebab mengapa Indonesia masih kalah bersaing dengan negara tetangga seperti Vietnam. Hal itu tampak diabaikan dan membuat pengambil kebijakan bertanya-tanya kenapa Indonesia kurang mampu bersaing.

Hal tersebut disampaikan mantan Menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu, dalam BNI Investor Daily Summit 2023 di Jakarta, Selasa (24/10/2023). “Kita harus lihat, trade and investment policy kita masih kurang kondusif,” ujarnya.

Menurut dia, hal-hal yang membuat iklim investasi dan perdagangan Indonesia kurang kondusif relatif sama seperti beberapa tahun lalu. Yakni, soal infrastruktur, logistik, efisiensi logistik, masalah dokumen perizinan di perbatasan negara merupakan biang keladinya.

Hal itu berarti, ungkap Mari, tak ada pembenahan signifikan untuk membuat iklim investasi dan perdagangan Indonesia menjadi kondusif serta ramah terhadap investor. “Itu sebetulnya hal-hal yang dari dulu sudah muncul. Ini benar-benar harus jadi PR (pekerjaan rumah),” kata Mari.

Kalah bersaingnya Indonesia dari Vietnam dalam hal soal investasi, jelas mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, juga disebabkan hal lain. Salah satunya ialah adanya kekosongan produksi untuk barang setengah jadi di bidang elektronik. Sejauh ini, Indonesia hanya bisa menghasilkan barang mentah dan barang jadi.

Sedangkan Vietnam mampu memproduksi dan mengolah barang setengah jadi di bidang elektronik. Hal itu, kata Mari, lebih menarik dan menjanjikan di mata investor. “Kita tidak mempunyai komponen industry, hollow middle, kita mempunyai final assembly-nya, tapi kita tidak punya middle intermediate goods-nya,” ujarnya.

Mari Eka Pangestu menilai ada banyak cara dan harus dipelajari, aspek aspek mana yang akan benar-benar menarik investasi yang Indonesia perlukan dan yang harus kita kembangkan. “Dan itu tidak mungkin terjadi kalau kita tidak punya condusive investment policy dan trade policy. Mungkin juga masalah human capital, development, dan seterusnya, ini saya rasa pekerjaan rumah bangsa Indonesia,” ungkap Mari. (Her)

Baca Juga:Masyarakat Tetap Harus Bijak Sikapi Kenaikan Investor Kripto