Editorindonesia, Jakarta – Analis komunikasi politik Hendri Satrio meminta masyarakat berhati-hati menyikapi model kampanye gemoy. Kata gemoy merupakan istilah kekinian untuk menggantikan kata ‘gemas’ pada objek yang menggemaskan.
“Kampanye gemoy hanya kampanye kulit tidak ada isinya, cuma sebatas ingin menaikkan kesukaan dari sisi lucu-lucuan. Tidak ada subtansinya, kita harus hati-hati karena kampanye tanpa subtansi,” ujar Hensat sapaan Hendri Santrio, saat dihubungi editorindonesia.com, Senin (27/11/2023).
Kampanye dialog atau debat antar kandidat capres/cawapres, jelas Hensat, penting untuk menggali wawasan dan arah pembangunan Indonesia kedepan jika mereka terpilih.
Sebagaimana diketahui, dari tiga kandidat capres/cawapres yakni nomor urut 1 Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar (Amin). Nomor 2; Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka dan Nomor 3; Ganjar Pranowo – Mahfud MD (Gama), dalam 10 undangan diskusi dialog tercatat pasangan Amin dan Gama menghadiri seluruh undangan tersebut. Sementara pasangan Prabowo-Gibran lima kali absen alias tidak hadir. (lihat tabel)

Terkait hal ini, menurut Hensat, pilihan hadir atau tidak capres/cawapres saat diundang dialog/diskusi merupakan opsional. “Terserah capres/cawapresnya mau hadir atau tidak. Asalkan jangan saat jadwal debat capres/cawapres KPU saja,” ucap Hensat.
Menurutnya, semakin sering capres/cawapres diuji dalam berbagai dialog/diskusi maka masyarakat semakin tahu dan mengerti visi misi mereka. Setidaknya arah pembangunan Indonesia kedepan jika memilih capres/cawapres tersebut.
Sementara itu Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Perkasa Roeslani menyatakan tidak memusingkan kritik soal penggunaan narasi gemoy pada Pilpres 2024.
Diketahui, TKN belakangan ini mengampanyekan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto sebagai figur gemoy.
“Ya, kalau kami, kan, orang ada pandangan lain, ya, monggo saja, silakan, negara demokrasi, ya, kan. Silakan saja,” kata Rosan, usai meresmikan Fanta Headquarter di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (26/11).
Pihaknya, lanjut bekas ketua Kadin Indonesia ini, tidak akan menebar narasi negatif dalam berkampanye. Pihaknya tidak juga berkampanye hitam ke kandidat lain pada Pilpres 2024.
“Makanya kalau dilihat dari kami, dari dahulu sampai sekarang dan saya yakinkan ke depannya itu kami tidak akan memberikan sesuatu yang hoaks, black campaign, atau menjelakkan paslon lain, bisa saya jamin itu tidak akan keluar dari TKN,” kata Rosan.
Apalagi, narasi gemoy sebenarnya bukan dibuat dari TKN, ungkap Rosan, melainkan hadir organik dari bawah saat melihat sosok Prabowo Subianto.
“Ini tumbuh secara organik dari bawah dan ketertarikan anak muda itu, itu, kan, dimulai dengan sesutu yang memang awalnya menurut mereka menarik dan mengena di hati,” dalih Rosan. (Her)
Baca Juga: Pengamat: Ketiga Capres Masih Seimbang Belum Dapatkan Momentum Politik