PendidikanRagam

Kuliah Kebangsaan Sudirman Said: Seruan Perbaikan Demokrasi di Tengah ‘Darurat Kewajaran’ Indonesia

×

Kuliah Kebangsaan Sudirman Said: Seruan Perbaikan Demokrasi di Tengah ‘Darurat Kewajaran’ Indonesia

Sebarkan artikel ini
Kuliah Kebangsaan Sudirman Said: Seruan Perbaikan Demokrasi di Tengah ‘Darurat Kewajaran’ Indonesia
Sudirman Said memberikan Kuliah Kebangsaan di kampus Unuversitas Paramadina, Selasa (3/12)/dok.Editor Indonesia/HO-Humas

Editor Indonesia, Jakarta – Demokrasi dan politik di Indonesia saat ini berada dalam kondisi ‘Darurat Kewajaran’ akibat hilangnya etika, kepatutan, dan keteladanan.

Hal tersebut disampaikan oleh Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2014–2016, dalam Kuliah Kebangsaan bertajuk “Lentera Demokrasi: Menerangi Jalan Menuju Keadilan Sosial”. Acara ini diselenggarakan oleh Serikat Mahasiswa (SEMA) Universitas Paramadina di kampus Universitas Paramadina, Cipayung, Jakarta Timur, pada Selasa sore, 3 Desember 2024.

“Hilangnya kepatutan, etika, dan tidak adanya keteladanan menjadikan Indonesia saat ini mengalami ‘darurat kewajaran’ dalam demokrasi dan politik. Lima dari tujuh pimpinan lembaga tinggi negara masuk penjara. Banyak kepala daerah juga dipenjara karena kasus korupsi,” ungkap Sudirman Said.

Meski demikian, Sudirman Said mengajak masyarakat terdidik—termasuk mahasiswa, akademisi, dan aktivis—untuk tetap terlibat dalam politik. Baik sebagai pengamat, aktivis, maupun pelaku politik, keterlibatan ini penting untuk mencegah kondisi buruk ini menjadi permanen.

“Kalau kalangan masyarakat terdidik tidak mau terlibat dalam politik, maka kondisi ini akan jadi lestari, dan jangan sampai Indonesia menjadi negara gagal,” ucapnya tegas mengajak mahasiswa yang hadir.

Kuliah Kebangsaan Sudirman Said: Seruan Perbaikan Demokrasi di Tengah ‘Darurat Kewajaran’ Indonesia
dok.Editor Indonesia/HO-Humas

Sudirman Said juga menyoroti praktik-praktik yang kerap menyimpang dari nilai-nilai demokrasi, seperti yang terlihat pada Pilpres dan Pilkada 2024. Ia juga mengkritik banyaknya kasus korupsi yang melibatkan politisi dan pimpinan aparatur negara selama periode 2014–2024.

Selain itu, Sudirman Said mengungkapkan keprihatinannya atas krisis demokrasi yang terjadi di Indonesia, termasuk “tsunami politik” dan “tsunami ekonomi.” Ia berharap Indonesia mampu meninggalkan nilai-nilai feodal dan membangun kehidupan berbangsa yang lebih bermartabat.

Dalam sesi tanya jawab, Sudirman Said menekankan pentingnya mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat sipil untuk terus berperan aktif. “Mahasiswa adalah bagian dari civil society yang harus mengikuti perkembangan. Diskusi intelektual dengan praktisi dan ahli penting untuk memperkuat wawasan dan intelektualitas mahasiswa,” tuturnya.

Menurut Sudirman Said, Kuliah Kebangsaan ini menjadi sebuah momen yang sangat baik dan juga memperkuat khasanah intelektual mahasiswa. Apalagi di Universitas Paramadina, kampus yang dibangun dengan tradisi intelektual yang kuat.

Sebelumnya, acara kuliah kebangsaan ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana, Sekretaris Jenderal SEMA Paramadina, dan Wakil Rektor Universitas Paramadina, Dr. Fatchiah Kertamuda, M.Sc.

Sebagai penanggap dalam kuliah kebangsaan ini, Erick Ardianto, M.Ikom, menyimpulkan bahwa kondisi politik Indonesia sangat beragam. Ia mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam memperbaiki demokrasi di tanah air. (Syafrial)