Lonjakan Income Rerata Petani CSA Lombok Tengah Capai Rp4,8 Juta/Ha
Editorindonesia, Lombok Tengah – Pendapatan rata-rata (rerata) petani penerima Manfaat SIMURP yang melaksanakan Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture (CSA) Program SIMURP di Kabupaten Lombok Tengah, NTB meningkat Rp4,8 juta/ha bagi petani CSA ketimbang Non CSA pada Daerah Irigasi (DI) Jurang Batu dan Jurang Sate di Lombok Tengah.
Hal itu mengacu data analisa usaha tani yang dikumpulkan dari lahan Demplot Scalling Up CSA. Diperkuat data produktivitas yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS Lombok Tengah melalui perhitungan Kerangka Sampel Area (KSA). Pada 2023, hasil sementara meningkat 0,72 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP) yakni 5,7 ton/ha GKP di lokasi Non CSA menjadi 6,4 ton di lokasi CSA SIMURP.
Capaian tersebut mengemuka pada Temu Tani CSA SIMURP di Lombok Tengah, NTB pada Rabu (11/10/2023) yang dihadiri Perwakilan Bank Dunia (World Bank) Ijsbrand De Jong, Wakil Bupati Lombok Tengah, H Nursiah; Perwakilan AIIB, David Ginting dan Project Manager SIMURP, Sri Mulyani mewakili Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan (Pusluhtan) Bustanul Arifin Caya.
Upaya petani berwawasan CSA sejalan dengan kebijakan dan strategi Kementan bagi petani didampingi penyuluh dari lokasi kegiatan SIMURP untuk berperan aktif mengembangkan produk olahan pertanian sebagai upaya hilirisasi CSA.
Ke depan, dunia akan dihadapkan pada ancaman krisis pangan global, diperkirakan 30% produktivitas pertanian diprediksi akan terus menurun maka Indonesia harus siap mengantisipasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global melalui implementasi teknologi CSA.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa goal atau tujuan yang ingin dicapai Program SIMURP adalah meningkatkan ketahanan pangan serta mata pencaharian masyarakat pedesaan, serta meningkatkan pertanian irigasi secara berkelanjutan.
“Seyogyanya kita dapat merumuskan kebijakan untuk langkah-langkah ke depan terutama keberlanjutan dan replikasi kegiatan pemberdayaan petani pasca proyek SIMURP, baik oleh pemerintah pusat dan daerah serta untuk perbaikan pelaksanaan proyek-proyek sejenis di masa-masa yang akan datang,” kata Dedi, Kamis (12/10/2023)
Dedi Nursyamsi menambahkan, Program SIMURP melalui BPPSDMP Kementan difokuskan pada upaya strategi untuk mengantisipasi dampak negatif perubahan iklim global melalui CSA untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan Indeks Pertanaman [IP] serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca.
Bank Dunia
Perwakilan Bank Dunia, Ijsbrand De Jong menyambut baik implementasi teknologi CSA bagi kepentingan petani Indonesia, khususnya daerah irigasi dan daerah rawa pada 24 kabupaten di 10 provinsi, salah satunya Kabupaten Lombok Tengah di NTB.
“Bank Dunia menilai kegiatan SIMURP sangat penting untuk Indonesia terutama bagi petani. Bank Dunia juga apresiasi hasil yang dicapai Program SIMURP di Lombok Tengah, khususnya peningkatan produktivitas dan hilirisasi produk dari KEP dan KWT yang beragam,” kata Ijsbrand De Jong yang hadir di NTB didampingi Tara Sinta, Team Leader Program SIMURP pada Bank Dunia.
Kapusluh BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya mengatakan CSA merupakan suatu pendekatan yang mentransformasikan dan orientasi ulang sistem produksi pertanian dan rantai nilai pangan sehingga mampu mendukung pertanian berkelanjutan dan dapat memastikan ketahanan pangan dalam kondisi perubahan iklim.
“Kegiatan CSA SIMURP dilakukan melalui pendekatan Sekolah Lapang berupa Demplot, pertemuan lapang, Bimbingan Teknis dan Farmer Field Day serta pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh,” kata Bustanul AC dalam sambutannya yang disampaikan Project Manager SIMURP, Sri Mulyani.
Menurutnya, BPPSDMP Kementan melalui kegiatan SIMURP tahun 2023 mengalokasikan anggaran Rp79 miliar untuk pelaksanaan CSA pada 24 kabupaten di 10 Provinsi yang dilaksanakan oleh 117 Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan di 1.017 desa.
Provinsi NTB mendapat alokasi Rp2,5 miliar, kegiatannya meliputi penerapan teknologi CSA melalui 144 Demplot dan dua lokasi Scaling Up seluas 50 hektar di Kabupaten Lombok Tengah serta enam lokasi Demplot CSA mendukung Genta Organik; penguatan kapasitas SDM di BPP; dan penumbuhkembangan Kelembagaan Ekonomi Petani [KEP] dan Kelompok Wanita Tani [KWT] serta operasional manajemen satuan kerja [Satker].
“Proyek SIMURP akan berakhir pada Juni 2024 namun secara teknis akan berakhir Desember 2023, dengan target terjadinya peningkatan produksi, produktivitas dan IP serta peningkatan pendapatan petani, dan terjadinya penurunan emisi GRK di lokasi SIMURP,” kata Sri Mulyani.
Mengingat banyaknya tantangan yang terjadi pada 2023, katanya, di antaranya prediksi perubahan iklim [El Nino] serta terjadinya penutupan saluran irigasi yang masih berproses sebagai akibat dari rehabilitasi jaringan irigasi, maka diperlukan kerja keras dan kerja cerdas agar tujuan SIMURP dapat tercapai.
Sri Mulyani mengharapkan petani dan kelompok tani [Poktan] petani yang sudah menerapkan teknologi CSA untuk dapat menyebarluaskan ´kisah sukses´ dari penerapan teknologi CSA kepada petani lainnya dan terus menerapkan teknologi CSA secara mandiri dan berkelanjutan. (Didi)