Losari, Sinkretisme Budaya Jateng dengan Jabar
Editor Indonesia, Brebes – Losari, sebuah Kecamatan di Kabupaten Brebes, merupakan wilayah perbatasan antara Jawa Tengah (Jateng) dengan Jawa Barat (Jabar). Tak heran jika kedua wilayah/daerah tersebut terjadi sinkretisme budaya. Yakni, proses perpaduan keberagaman bukan hanya budaya tapi juga kepercayaan atau aliran agama. Bahkan dalam peta sastra Indonesia, Losari, mendapatkan perhatian khusus dari maestro saterawan Indonesia, Pramudya Ananta Toer, yang menulis buku “Jalan Raya Post, Jalan Raya Dandeles”.
Hal itu mengemuka dalam acara Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema “Bhinneka Tunggal lka” di Aula SMA Negeri 1 Losari, Kabupaten Brebes, Jateng, Sabtu (14/9/2024). Dalam acara yang dihadiri 300 siswa dan sejumlah guru sekolah setempat, penerima Anugerah Kebudayaan Kemendikbud Rl, Atmo Tan Sidik, menjadi pembicara tunggal, yang didampingi Kepala SMA Negeri 1 Losari, Istiana Herawati, SS MPd.
Atmo Tan Sidik, menyampaikan membicarakan Losari tentu bukan sekadar dari sudut pandang geografis sebagai daerah perbatasan, di ujung barat Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, tapi juga menjadi batas dengan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
“Di Losari ada sinkretisme antara budaya Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang sebagaian berhasa Sunda. Tak hanya itu, ada juga warganya yang dari keturunan etnis China. Ada sesuatu yang positif dalam kehidupan beragama, salah satunya adalah berdirinya bangunan vihara yang tidak jauh dari bangunan masjid,” ujar Atmo Tan Sidik.
Atmo Tan Sidik yang dikenal sebagai Budayawan Pantura, menuturkan catatan lain yang ia dapat dari buku “Sekilas Kisah Inspirator Kabupaten Brebes” yang berisi sejumlah nama sebagai tokoh Losari. Seperti Nanang Kosim Yusuf, putra Supyan dan Daryunah dari Desa Kalibuntu, Kecamatan Losari, yang menjadi supertrainer kondang, menjadi konsultan transformasi di Pertamina.
“Ada juga nama Muhaemin dari Prapag Kidul, Kecamatan Losari, yang berkhidmat sebagai anggota legislatif di DPRD Kabupaten Brebes. Ada pula nama Umarno, yang memiliki informasi seluk-beluk Pangeran Angkawiijaya serta menghidupkan tradisi haul Budaya Panembahan Losari,” tutur Atmo Tan Sidik.
Mantan Kepala Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Brebes ini, menyebut Rektor Universitas Bhamada Slawi, Kabupaten Tegal, Dr H Maufur Marghub Abdul Aziz MPd, menginformasikan dari dulu sudah ada tokoh ulama dan cendekiawan kelahiran Desa Losari dan sekarang menjabat sebagai rektor. Yakni Dr H Masduki Ahmad SH MH, Rektor Universitas Assafiiyah Jakarta dan Drh Taufikulloh MHum, Rektor Universitas Pancasakti (UPS) Kota Tegal.
“Saya juga salut atás prestasi yang diraih siswa SMAN 1 Losari, Tita Aulia, karena masuk dalam 10 nominator terbaik penulisan karya ilmiah sejarah tradisi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, yang ditandatangani kepalanya, Uswatun Hasanah.”Judulnya bagus, Peran Grup Burok Bunga Nada dalam Pelestarian Kesenian Burok di Kecamatan Losari,” beber Atmo Tan Sidik.
Kepala SMA Negeri 1 Losari, Istiana Herawati, menyampaikan pemilihan tema “Bhineka Tunggal Ika Keberagaman Budaya dan Toleransi”, karena SMA Negeri 1 Losari adalah sekolah pelaksana selain pangastuti, yang fokus pada masalah-masalah budaya dan budaya di Losari sangat beragam sehingga perlu ditanamkan terkait dengan toleransi kepada anak-anak. Tahun ini merupakan tahun ketiga pelaksanaan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) di SMA Negeri 1 Losari.
Menurut Istiana Herawati, SMA Negeri 1 Losari salah satu SMA yang dipercaya untuk melaksanakan progran sekolah penggerak di tahun 2027 dan akan terus dilkasanakan karena dibutuhkan oleh siswa dan masyarakat Losari.
“Harapannya, anak-anak bisa mencegah intoleransi yang nantinya akan menimbukan kerusakan bangsa, karena yang kita inginkan adalah perdamaian,” pungkasnya. (Sup/A-1)