Editor Indonesia, Jakarta – Setiap 15 Maret, dunia memperingati Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia atau International Day to Combat Islamophobia. Tahun 2025 menandai tahun ketiga peringatan ini sejak ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2022.
Dalam upaya mengatasi fenomena Islamofobia dan menangkal Islamofobia, langkah nyata diperlukan. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Republik Indonesia, Anis Matta, dalam Webinar Nasional “Say No to Islamophobia” yang dihelat UBN Podcast, dikutip pada Ahad (16/3/2025).
Kontra Narasi Islamofobia: Peran Indonesia
Menurut Anis Matta, Islamofobia lahir dari luka sejarah antara Islam dan Barat. Oleh karena itu, untuk menutup celah tersebut, diperlukan kontra narasi yang kuat.
“Indonesia bisa menjadi pelopor dalam melawan isu Islamofobia, bukan dengan mengulangi trauma sejarah masa lalu, tetapi dengan menghentikan trauma tersebut dan menciptakan kontra narasi Islamofobia,” ujar Anis.
Kontra narasi yang dimaksud adalah menampilkan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Anis menyebutkan bahwa terdapat tiga narasi utama yang dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:
1. Islam
2. Demokrasi
3. Kesejahteraan
“Jika ketiga narasi ini bertemu dalam satu titik keseimbangan, maka Indonesia dapat menjadi model yang menginspirasi masyarakat dunia,” jelas Anis Matta yang sekrang Ketua Umum Partai Gelora ini.
Anis juga menambahkan bahwa Islam sering kali ditakuti karena dianggap sebagai sumber inspirasi kekerasan. Namun, jika Indonesia mampu menunjukkan diri sebagai negara Muslim yang demokratis dan sejahtera, maka gelombang Islamofobia akan mereda.
“Kontra narasi ini akan sangat efektif. Di negara Muslim terbesar ini, tidak ada ketakutan terhadap Islam. Justru, Islam menjadi sumber inspirasi perdamaian,” ucapnya tegas.
Sejarah Penetapan Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia
Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia ditetapkan oleh Majelis Umum PBB melalui resolusi A/RES/76/254.
Tanggal 15 Maret dipilih untuk mengenang tragedi penembakan di Masjid Christchurch, Selandia Baru, yang terjadi pada 15 Maret 2019. Dalam insiden tersebut, seorang pelaku tunggal melakukan dua aksi penembakan massal saat salat Jumat, menewaskan 51 orang.
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin upaya global dalam menciptakan kontra narasi Islamofobia, serta membangun citra Islam sebagai agama yang damai dan inklusif. (RO)