Nazar Pemilu Trending Topic di Twitter, Pengamat: Bukti Rakyat Ingin Perubahan
Editorindonesia, Jakarta – Nazar pemilu menjadi fenomena unik yang terjadi di platform Twitter/X pada Sabtu (6/1/2024). Kemunculan tagar #nazarpemilu yang merajai trending topic di X lebih dari enam jam.
Sebagian besar tagar ini berisi janji warganet pada diri mereka sendiri, jika pasangan Calon Presiden Anies Basedan dan Wakil Presiden Muhaimin Iskandar (AMIN) menang dalam Pemilu 2024.
Tagar ini terpantau muncul pukul pagi hari, tampak dari akun @primawansatrio yang mencuit, “Kalau Anies-Imin menang, saya akan bikin career consultation gratis untuk 10 orang. Berlaku untuk semua pemilih (02, 03 juga). Kalau kamu ikut milih AMIN, bisa dapat ekstra latihan interview. Mau latihan interview in English, Japanese, atau Korean boleh.”
Akun lainnya, seperti @selamatinaja bernazar, “Kalau Anies Imin menang, saya akan pilih 10 anak SMA atau kuliah untuk mentoring 1 on 1 SMA cara dapetin beasiswa. Mulai dari nulis esai, wawancara, sampai personal branding. Saya lulus dari ITB dengan 3 beasiswa, dan kini saatnya perubahan kita lakukan.”
Mulanya, tagar #nazarpemilu ini tampak berisi cuitan para profesional di sektor formal. Namun, tagar ini terus menggelinding, seperti cuitan @AbuHanifa40, “Klo Amin menang.. Toko kami akan bagikan paket sembako 25 paket berisi beras 5kg, gula 2 kg dan minyak 2 ltr + amplop 50ribu ke saudara dan tetangga dekat.”
Tak ketiggalan, pengemudi ojol turut meramaikan tagar #nazarpemilu, seperti @1qbalsaputra yang mencuit, “Ikutan ah kalau 02 kalah gua akan gratiskan seluruh ongkos ojol gua dalam sehari.”
Ada pula warganet yang berjanji akan mentraktir umrah, bahkan mewakafkan tanah. “Kalau gua, gua traktir 5 orang utk umroh bareng gua,” tulis @agusudarmansyah.
Sedangkan @satrialingkar mencuit, “Ikutan! Kalau AMIN menang Insyallah aku ngasi tanah Wakaf 1.738 m untuk Mesjid.”
Terkait fenomena ini, pengamat komunikasi politik Abdul Rahman Ma’mun menilai, fenomena nazar pemilu memperlihatkan ‘Gerakan Rakyat’ sebagai buah dari konsep “Kepemimpinan Gerakan” yang diusung oleh Anies Baswedan mulai menunjukkan hasilnya. Sejak semula Anies mempromosikan ‘kolaborasi’ dengan Masyarakat yang dipraktikkannya saat menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.
Demikian pula ketika maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar gagasan ‘gerakan rakyat’ ini terus digunakan oleh Anies untuk kampanye. Misalnya ketika, muncul Gerakan ‘spanduk rakyat’ dari bahan karung bekas dibuat spanduk kampanye, sebagai kreasi minimnya logistik kampanye pasangan AMIN ini.
Menurut dosen Komunikasi Politik Universitas Paramadina ini, komunikasi politik ‘pemimpin’ yang mempromosikan ‘gerakan rakyat’ yang menyasar audiens tertentu, seperti Gen Z, milenial, dan rakyat cerdas, memiliki efek yang dahsyat.
“Rakyat bergerak dengan cara organik, yang jauh dari setting-an, atau top down dari pemimpinnya, melainkan kreativitas dari masyarakat,” ujar Ketua Komisi Informasi Pusat periode 2011-2013 ini, dalam keterangannya, Sabtu (6/1/2024)
Ia juga melihat fenomena ini sebagai ‘buah’ dari pemimpin yang ‘bakal menjamin’ kebebasan berpendapat. “Sehingga rakyat untuk sementara ‘terbebas’ dari rasa takut untuk berpendapat dan berekspresi, karena ada semacam ‘jaminan’ dari calon pemimpin bahwa kelak akan ada jaminan kebebasan berekspresi,” ucap Aman sapaan Abdul Rahman Ma’mun.
Aman menegaskan, kreativitas tidak akan muncul dari suasana ketakutan untuk menyatakan pendapat. “Kreativitas akan muncul di komunitas atau masyarakat yang terjamin kebebasan berekspresinya,” katanya. Karena itu, ia menilai meski bersifat ‘janji politik’ akan jaminan kebebasan berpendapat dan berekspresi, ternyata slogan “Wakanda no more, Indonesia forever” direspon dengan eksperimentasi masyarakat yang di luar dugaan.
Anies Baswedan sebagai calon presiden dan Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden, jelas Aman, memberi contoh langsung melalui program ‘Desak Anies’ dan ’Slepet Imin’ yang menunjukkan pertanyaan dan kritikan setajam apapun tak membuat keduanya surut. Justru ditunjukkan bahwa siapapun bebas mengemukakan pendapat tanpa harus direspon dengan marah-marah. Apalagi dengan pelaporan ke proses hukum. (Her)
Baca Juga: Gibran jadi Cawapres Tak Perlu Kajian Akademis Fenomena Anak Muda Berpolitk