Pakar UGM Identifikasi Empat Faktor Efektif Cegah Bunuh Diri
Editorindonesia, Jakarta – Paparan yang mengakibatkan seseorang bertindak untuk bunuh diri bisa berasal dari mana saja, mulai dari lingkungan keluarga, pertemanan sebaya hingga tayangan media. Paparan tersebut berpotensi meningkatkan kasus bunuh diri dan perilaku bunuh diri.
Demikian disampaikan Manajer Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, Nurul Kusuma Hidayati, M.Psi. Menurut dia, ada empat intervensi atau faktor untuk mencegah bunuh diri. Pertama, melakukan pembatasan terhadap akses sarana prasarana tindak bunuh diri.
Kedua, interaksi yang intensif dengan media tentang pelaporan kasus bunuh diri secara profesional dan bertanggung jawab. Ketiga, mengembangkan life-skill/kecakapan hidup sosio-emosional pada remaja.
“Terakhir, melakukan identifikasi/deteksi dini, observasi, mengelola tindak lanjut untuk para individu yang terpengaruh dengan tindak bunuh diri,” ungkap Nurul Kusuma, dalam keterangannya yang dikutip pada Senin (23/10/2023).
Nurul juga menyampaikan, salah satu paparan bunuh diri bisa berasal dari pemberitaan di media. Jika pemberitaan tidak disampaikan dengan baik, berita yang beredar dapat memicu terjadinya copycat suicide.
“Pemberitaan bunuh diri di media ini berpotensi meningkatkan terjadinya copycat suicide atau tindakan bunuh diri yang dilatarbelakangi meniru kasus bunuh diri sebelumnya,” ujarnya.
Nurul menyampaikan, pihak media sebaiknya mempertimbangkan terlebih dulu pemberitaaan yang akan diterbitkan secara matang. Apakah pemberitaan tersebut akan memperkuat copycat suicide atau bisa melawan stigma.
Selain itu juga penting dalam pemilihan bahasa karena cara penggambaran seseorang atau gangguan akan memengaruhi persepsi orang terhadap hal-hal tersebut. Lalu, meminta persetujuan narasumber dan memperhatikan dampak jangka panjang terhadap artikel yang diterbitkan.
“Wartawan akan melanjutkan hidup seperti biasa setelah artikel terbit. Namun, orang-orang yang jadi sorotan di dalamnya akan terus terhubung dengannya dalam jangka waktu yang panjang,” urainya.
Nurul menambahkan isu lain yang perlu diperhatikan insan media saat penulisan berita terkait bunuh diri dan kesehatan mental adalah mempertimbangkan soal trauma. Pasalnya, proses pelaporan, baik wawancara atau foto, bisa membuat seseorang mengalami trauma kembali atas hal yang pernah terjadi.
“Penyampaian berita tentang bunuh diri oleh media juga bisa memiliki efek protektif, seperti cara deteksi dini (orang yang terpapar ingin) bunuh diri,” kata dia.
Selain itu, pemberitaan tentang cara menghadapi situasi sulit juga memiliki nilai positif bagi kesehatan mental. “Apakah itu pengaruh positif atau negatif tergantung bagaimana jurnalisme itu dilakukan,” ujarnya. (Her)
Baca Juga: Perempuan Lebih Rentan Depresi Dibanding Pria, Ini Penyebabnya