Peneliti AS Menangkan Nobel Kimia 2023 Tentang Titik-titik Kuantum
Editorindonesia, AS – Tiga peneliti atau trio peneliti asal Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu (4/10) memenangkan Hadiah Nobel Kimia. Mereka mampu mengembangkan “titik-titik kuantum” kecil yang digunakan untuk menerangi TV dan lampu.
Moungi Bawendi dari Prancis, Louis Brus dari Amerika Serikat, dan Alexei Ekimov dari Rusia, membawa kemajuan pada partikel kecil. “Kini dapat menyebarkan cahayanya dari televisi dan lampu LED, serta dapat memandu para dokter bedah saat mereka mengangkat jaringan tumor,” kata para juri sebagaimana dikutip dari AFP pada Kamis (5/10/2023).
Namun, sebuah kebocoran yang jarang terjadi menyebabkan nama-nama pemenang secara tidak sengaja dikirim ke media beberapa jam sebelum diumumkan secara resmi, sehingga memicu permintaan maaf dari para pengawas penghargaan tersebut.
Sekretaris Jenderal Royal Swedish Academy of Sciences, Hans Ellegren mengatakan bahwa siaran pers tersebut keluar karena “alasan yang belum diketahui.”
“Kami sangat menyesalkan hal ini terjadi. Hal yang penting adalah bahwa hal ini tidak mempengaruhi pemberian penghargaan kepada para penerima penghargaan,” ujar Ellegren dalam sebuah konferensi pers.
Sedang Tidur
Salah satu dari trio peneliti, Bawendi mengaku belum mendengar kabar bahwa ia meraih hadiah Nobel. Kepada wartawan, ia menyatakan belum menerima telepon dari Komite Nobel.
“Saya tidak tahu, saya dibangunkan oleh Akademi Swedia. Saya sedang tertidur lelap,” ujarnya melalui telepon dalam sebuah konferensi pers. Ia tidak menyangka akan menerima telepon dari Komite Nobel pada hari itu.
Perasaannya, jelas Bawendi, bercampur aduk usai menerima kabar dari Komite Nober. Pertama sangat terkejut, masih mengantuk sehingga terkaget-kaget saat dikabari. “Tidak terduga dan merasa sangat terhormat,” ucapnya.
Bawendi, 62, lahir di Paris dari orang tua Prancis dan Tunisia, adalah seorang profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat.
Brus, 80, adalah seorang profesor di Columbia di New York, dan Alexei Ekimov, 78, yang lahir di Rusia, sebelumnya adalah kepala ilmuwan di Nanocrystals Technology yang berbasis di Amerika Serikat.
Mendekati Sempurna
Menurut juri, para fisikawan telah “lama mengetahui” tentang efek kuantum yang dapat muncul dalam nanopartikel, tetapi sebelumnya “tidak mungkin untuk mengukir dalam dimensi nano.”
Pada awal tahun 1980-an, Ekimov berhasil menciptakan efek kuantum yang bergantung pada ukuran pada kaca berwarna, dan beberapa tahun kemudian, Brus menjadi orang pertama yang membuktikan efek kuantum yang bergantung pada ukuran pada partikel yang mengambang bebas dalam fluida.
“Pada tahun 1993, Moungi Bawendi merevolusi produksi kimia titik-titik kuantum, menghasilkan partikel yang nyaris sempurna. Kualitas tinggi ini diperlukan agar dapat digunakan dalam aplikasi,” jelas juri.
Selain penggunaannya saat ini, mereka diyakini dapat berkontribusi pada elektronik fleksibel, sensor kecil, sel surya yang lebih tipis, dan komunikasi terenkripsi di masa depan, dengan Akademi mencatat bahwa mereka baru saja mulai mengeksplorasi potensi partikel-partikel kecil ini.
Ketiganya akan berbagi penghargaan sebesar 11 juta kronor Swedia (sekitar US$1 juta) dan akan menerima hadiah tersebut dari Raja Carl XVI Gustaf dalam sebuah upacara di Stockholm pada tanggal 10 Desember, yang merupakan hari ulang tahun kematian ilmuwan Alfred Nobel pada tahun 1896, yang menciptakan penghargaan tersebut dalam wasiat terakhirnya.
Penghargaan kimia adalah Nobel ketiga musim ini setelah penghargaan kedokteran dan fisika yang diumumkan pada awal pekan ini.
Di bidang kedokteran, peneliti RNA Katalin Kariko dan Drew Weissman dianugerahi penghargaan pada hari Senin untuk teknologi terobosan mereka yang membuka jalan bagi vaksin mRNA Covid-19.
Hadiah fisika pada hari Selasa diberikan kepada Pierre Agostini dari Prancis, Ferenc Krausz dari Hungaria-Austria, dan Anne L’Huillier dari Prancis-Swedia untuk penelitian menggunakan kilatan cahaya sangat cepat yang memungkinkan studi elektron di dalam atom dan molekul. (Frd)