Ekonomi

Perbanas Institute Kupas Dampak Tarif Trump terhadap Ekonomi Indonesia

×

Perbanas Institute Kupas Dampak Tarif Trump terhadap Ekonomi Indonesia

Sebarkan artikel ini
Perbanas Institute Kupas Dampak Tarif Trump terhadap Ekonomi Indonesia
Seminar Nasional: “Kebijakan Tarif Trump dan Langkah Indonesia di Masa Depan” oleh Perbanas Institute, Selasa (29/4)/dok.Editor Indonesia/HO-Humas

Editor Indonesia, Jakarta – Perbanas Institute menggelar seminar ekonomi nasional bertema “Kebijakan Tarif Trump dan Langkah Indonesia di Masa Depan”, membahas strategi adaptif Indonesia dalam menghadapi kebijakan proteksionisme global. Seminar ini menghadirkan pemikiran dari akademisi, pemerintah, dan sektor industri mengenai langkah konkret yang dapat diambil Indonesia untuk menjaga daya saing di pasar global.

Seminar ini menegaskan posisinya sebagai institusi pendidikan tinggi yang aktif mendorong solusi strategis. Kampus yang dikenal fokus pada bidang ekonomi dan bisnis ini menggelar diskusi mendalam mengenai dampak proteksionisme dan arah kebijakan adaptif Indonesia ke depan.

Rektor Perbanas Institute, Prof. Hermanto Siregar, dalam sambutan pembuka menyoroti dampak kebijakan tarif Amerika Serikat yang disebutnya telah memicu risiko resiprokal sebesar 11% hingga 15% terhadap 57 negara, dengan ketegangan tertinggi antara AS dan Tiongkok.

“Sebagai pusat pengembangan ilmu ekonomi dan bisnis, Perbanas Institute berkomitmen menjadi bagian dari solusi atas tantangan global ini. Kita harus melihat peluang di balik perubahan ini dan mendorong inovasi sektor domestik,” tegas Prof. Hermanto.

Seminar ini tidak hanya menjadi wadah diskusi, tetapi juga ruang kolaboratif antara akademisi, pemerintah, dan pelaku industri. Dalam sesi keynote speech, Dr. Aviliani, Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Ekonomi KADIN Indonesia sekaligus dosen senior Perbanas Institute, menekankan pentingnya diplomasi ekonomi dan kesiapan sektor dalam negeri.

“Indonesia harus memperluas pasar dan memperkuat posisi dalam rantai pasok global. Riset berbasis data sangat penting sebagai masukan untuk kebijakan nasional. Kita juga perlu fokus pada sektor pangan dan energi sebagai tulang punggung masa depan,” ujarnya.

Dalam sesi panel, Olvy Andrianita, S.E. dari Kementerian Perdagangan RI menekankan percepatan perjanjian perdagangan sebagai kunci untuk menjaga daya saing produk Indonesia di tengah ketidakpastian global.

Sementara itu, Dr. Arif Wibisono dari Kementerian Keuangan RI menegaskan perlunya kebijakan fiskal yang adaptif dan responsif terhadap perubahan global. Ia menyoroti pentingnya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah di sektor-sektor strategis seperti pertambangan, energi, dan pertanian.

“Perencanaan jangka panjang dan strategi yang fleksibel adalah kunci menjaga daya saing Indonesia,” kata Dr. Arif.

Dari dunia akademisi, Dr. Tifa Noer Amelia (Perbanas Institute) dan Dr. Sahara (IPB University) menggarisbawahi urgensi reformasi struktural dan diversifikasi pasar ekspor. Mereka menyebut perlunya pendekatan lintas sektor yang lebih terintegrasi untuk menghadapi tekanan eksternal secara berkelanjutan.

Dari sisi industri, Ian Syarif Tan dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia menekankan pentingnya inovasi dan efisiensi dalam menghadapi tantangan proteksionisme.

“Agilitas dan inovasi harus menjadi budaya industri agar kita bisa bertahan dan bersaing secara global,” ujarnya.

Seminar ini juga melibatkan akademisi dari berbagai perguruan tinggi serta perwakilan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Diskusi yang berlangsung menghasilkan berbagai rekomendasi berbasis data dan analisis mendalam, menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi, pemerintah, dan dunia usaha dalam menghadapi tantangan global.

Melalui forum ini, Perbanas Institute meneguhkan peran strategisnya sebagai katalisator kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat daya tahan dan daya saing ekonomi nasional. Komitmen terhadap riset berkualitas dan kontribusi aktif dalam pembentukan kebijakan menjadi landasan kuat bagi institusi ini dalam menghadapi masa depan ekonomi global yang terus berubah. (RO/Her)