Petani CSA Serdang Bedagai Buktikan Produksi Capai 7,6 Ton/Ha GKP

Editorindonesia, Serdang Bedagai – Petani Penerima Manfaat Program SIMURP di Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara menyambut gembira peningkatan rata-rata produktivitas Demplot Scalling Up SCA menembus 7,6 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP) atau naik 0,9 ton/ha GKP, tepatnya 6,7 ton/ha di lokasi Non CSA menjadi 7,6 ton/ha di lokasi CSA, dari wilayah binaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pematang Sijonam.

Terjadi pula peningkatan produktivitas 0,3 ton/ha GKP yakni 6,5 ton/ha GKP di lokasi Non CSA menjadi 6,8 ton/ha GKP di lokasi CSA dari wilayah binaan BPP Sei Rejo, Kabupaten Serdang Bedagai yang panen raya padi baru pada dua lokasi CSA tersebut.

Hasil produktivitas sementara lokasi Scaling Up, meningkat 0,85 ton/ha GKP, yakni 6,25 ton/ha GKP di lokasi Non CSA menjadi 7,10 ton/ha GKP di lokasi CSA. Peningkatan tersebut diperkuat data produktivitas yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) melalui perhitungan Kerangka Sample Area (KSA) tahun 2020 – 2022 yang menunjukan kenaikan.

Dari hasil produktivitas sementara kegiatan Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture (CSA) tahun 2023 tingkat provinsi, menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata produktivitas lokasi Demplot CSA Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,30 ton/ha GKP yakni 6,36 ton/ha GKP di lokasi Non CSA menjadi 6,66 ton/ha GKP di lokasi CSA SIMURP.

Capaian tersebut dikemukakan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusluhtan] Bustanul Arifin Caya dalam arahannya yang disampaikan Project Manager SIMURP, Sri Mulyani pada kegiatan Temu Lapang Petani/Farmer Field Day (FFD) di lahan Scalling Up Poktan Mekar Jaya Dusun VII Berohol, Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, Jumat pekan lalu (29/9).

Peningkatan produktivitas pertanian CSA sejalan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa teknologi CSA berdampak positif bagi pembangunan pertanian, untuk meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan serta pendapatan petani.

“SIMURP mengajarkan banyak hal kepada petani. Khususnya bagaimana melakukan pertanian pintar dalam menghadapi perubahan iklim. Termasuk bagaimana mengantisipasi iklim dan menangani penyakit tanaman, juga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani,” katanya.

Mentan Syahrul memastikan kehidupan di pedesaan menjadi baik dan kuat apabila petani dan penyuluh memanfaatkan dan mengadopsi teknologi inovasi dari hasil penelitian CSA.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyoroti dampak CSA, selain meningkatkan produktivitas, juga mampu menekan emisi Gas Rumah Kaca.

“Kehadiran SIMURP, diharapkan mendorong petani Penerima Manfaat SIMURP meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dengan mengedepankan penggunaan air yang efisien tanpa bergantung pada kondisi iklim,” katanya.

Dari sejumlah laporan yang diterima, Kapusluh BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya mengakui kegiatan CSA mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian, lebih dari 1,2 ton GKP telah dihasilkan dan terjadi peningkatan.

“Hal ini menunjukkan, teknologi CSA mampu mendukung peningkatan produksi. Kesuksesan ini, kami harapkan juga diteruskan pada para petani lain, sehingga resonansi CSA bisa disosialisasikan ke seluruh Indonesia,” katanya.

CSA Serdang Bedagai

Kegiatan FFD di di lahan Scalling Up Poktan Mekar Jaya Dusun VII Berohol, Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban yang dibuka Project Manager SIMURP, Sri Mulyani dihadiri Sekda Pemkab Serdang Bedagai, HM Faisal Hasrimy; Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara; Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, Dedy Iskandar dan sejumlah pejabat dari Forkopimda Serdang Bedagai.

Sri Mulyani menyampaikan salam Kapusluh BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya seraya mengingatkan agar kegiatan FFD menjadi sarana pertemuan petani, peneliti dan penyuluh serta stakeholders agar saling tukar menukar informasi tentang teknologi pertanian yang diterapkan.

Menurutnya, selain peningkatan produktivitas, pada lokasi SIMURP juga terjadi penurunan emisi GRK [GWP] sebesar 37% pada 17 kabupaten kegiatan SIMURP tahun 2021, atas kerja sama dengan Balai Penerapan Standar Instrumen [BPSI] Pati.

“BPSI Agro Klimat dan Hidrologi juga telah melakukan perhitungan pengamatan penggunaan air atau AWD [Alternate Wetting and Drying] di lokasi CSA dan Non CSA lahan sawah Patok Beusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat terjadi penghematan pada dua lokasi pengujian yakni lokasi Utara sebesar 21 persen dan Selatan sebesar 12 persen dibandingkan dengan lokasi Non CSA,” kata Sri Mulyani.

Sebagaimana diketahui, BPPSDMP Kementan, melalui kegiatan SIMURP mengalokasikan anggaran Rp79 miliar untuk pelaksanaan pada 24 kabupaten di 10 provinsi, meliputi 117 BPP/kecamatan dan 1.017 desa.

Provinsi Sumatera Utara mendapatkan alokasi Rp3,9 miliar. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi penerapan teknologi CSA melalui 96 Demplot CSA seluas satu hektar yang tersebar pada dua Kabupaten dan enam lokasi Scaling Up seluas 50 ha per lokasi di dua kabupaten serta delapan lokasi Demplot CSA seluas 1 ha/Demplot mendukung Genta Organik; penguatan kapasitas SDM di BPP; penumbuhkembangan KEP dan KWT serta operasional manajemen satuan kerja.

“Proyek SIMURP akan berakhir pada Juni 2024 namun secara teknis akan berakhir Desember 2023, dengan target terjadinya peningkatan produksi, produktivitas dan IP serta peningkatan pendapatan petani, dan penurunan emisi GRK di lokasi SIMURP,” kata Sri Mulyani.

Mengingat banyaknya tantangan yang terjadi pada 2023, katanya lagi, di antaranya prediksi perubahan Iklim, El Nino, serta terjadinya penutupan saluran irigasi yang masih berproses sebagai akibat dari masifnya rehabilitasi jaringan irigasi, maka diperlukan kerja keras dan kerja cerdas agar tujuan SIMURP dapat tercapai. (Frd)