Rumah Sakit di Korsel Tutup Bangsal Kekurangan Dokter Imbas Protes Dokter
Editor Indonesia, Seoul – Rumah sakit besar di Korsel (Korea Selatan) menutup sebagian bangsal dan menata ulang stafnya agar dapat terus memberikan layanan kesehatan. Hal ini imbas dari aksi protes yang berlangsung selama beberapa pekan oleh para dokter muda yang berhenti dari pekerjaannya.
Seperti di Pusat Medis Asan, Pusat Medis Samsung , Rumah Sakit Severance, Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul dan Rumah Sakit St. Mary’s Seoul mengalami kerugian finansial lebih dari 741.000 dolar AS (sekitar Rp11,7 miliar) dan beralih ke “mode manajemen darurat,” mengutip laporan Anadolu, Jumat (29/3/2024)
Sebagaimana diberitakan, ribuan dokter muda dan dokter magang telah mengajukan pengunduran diri. Mereka memprotes atas langkah pemerintah yang menambah 2.000 kuota pendaftaran di sekolah kedokteran.
Para dokter muda dan magang itu telah bergabung dengan para profesor sekolah kedokteran di Korsel sejak Senin.
“Kami bahkan tidak bisa memperkirakan kapan situasi ini akan berakhir lantaran dokter magang belum masuk kerja dan para profesor mengajukan pengunduran diri,” kata salah satu pejabat rumah sakit.
“Pekerja yang tersisa juga sedikit berkurang,” ujarnya.
Aksi protes tenaga kesehatan tersebut telah mengacaukan sistem kesehatan Korea Selatan, di mana para dokter junior memiliki peran yang sangat penting.
Banyak operasi ditunda meski rumah sakit telah memperpanjang jam kerja untuk menangani jumlah kedatangan pasien.
Militer Korea Selatan juga telah membuka fasilitas mereka guna membantu pemerintah sipil di tengah krisis layanan kesehatan.
Perkembangan kasus mogok kerja yang dilakukan para dokter di Korea Selatan memasuki babak baru. Seperti yang dikutip dari kantor berita Korea Selatan Yonhap, Kementerian Kesehatan Korea Selatan pada hari Selasa (27/2/2024) melaporkan para dokter yang melakukan mogok kerja ke polisi. Para dokter itu memprotes rencana pemerintah yang akan meningkatkan kuota masuk mahasiswa kedokteran.
Laporan ini merupakan langkah hukum pertama yang dilakukan pemerintah Korea Selatan sejak para dokter junior memulai pemogokan massal seminggu sebelumnya.
Total ada lima dokter yang tergabung dalam Asosiasi Medis Korea (KMA) yang telah dilaporkan ke polisi. Para dokter itu didakwa melanggar hukum medis setempat dan menghalangi keadilan, kata para pejabat itu. (Didi)