Ekonomi

Rupiah Melemah ke Rp16.403 per Dolar AS, Dipicu Kebijakan Tarif AS

×

Rupiah Melemah ke Rp16.403 per Dolar AS, Dipicu Kebijakan Tarif AS

Sebarkan artikel ini
Rupiah Melemah ke Rp16.403 per Dolar AS, Dipicu Kebijakan Tarif AS
ilustrasi rupiah melemah terhadap dolar AS/dok.Editor Indonesia-Galuh

Editor Indonesia, Jakarta – Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Senin di Jakarta melemah 98 poin atau 0,60 persen ke level Rp16.403 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.304 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, memperkirakan pelemahan rupiah disebabkan oleh kebijakan tarif yang diterapkan Pemerintah AS.

“Rupiah hari ini diperkirakan diperdagangkan melemah di kisaran Rp16.300 – Rp16.400 per dolar AS, dipengaruhi oleh peningkatan indeks dolar dan yield obligasi Pemerintah AS akibat kebijakan tarif oleh pemerintah Trump,” ujar Rully Nova dilansir dari LKBN Antara di Jakarta, Senin (3/2/2025).

Presiden AS, Donald Trump, telah menandatangani Perintah Eksekutif yang menetapkan tarif impor sebesar 25 persen untuk barang-barang dari Kanada dan Meksiko, serta 10 persen untuk produk dari China.

Sesuai kebijakan tersebut, tarif mulai berlaku pada 4 Februari pukul 12.01 pagi waktu timur AS (12.01 WIB). Namun, barang yang telah dikapalkan sebelum 1 Februari pukul 12.01 pagi waktu timur tidak akan dikenakan tarif tambahan.

Trump menegaskan bahwa China, Kanada, dan Meksiko tidak dapat mencegah penerapan tarif ini. Ia juga menuduh Kanada bertanggung jawab atas peningkatan penyelundupan narkoba ke AS, sementara Meksiko dan China disebut sebagai sumber utama barang ilegal tersebut.

Menurut Rully, kebijakan ini berpotensi meningkatkan inflasi AS akibat kenaikan harga barang impor, sehingga mempersempit ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga.

Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh proyeksi inflasi domestik. Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan akan merilis data inflasi yang tetap rendah, didorong oleh penurunan harga sembako dan daya beli masyarakat yang melemah.

“Penurunan harga kebutuhan pokok serta menurunnya pengeluaran masyarakat akibat daya beli yang tergerus menjadi faktor utama pelemahan angka inflasi,” tutup Rully. (Frd)