Saint Modern Membuktikan Kebenaran Dalam Al-Quran
Editor Indonesia, Brebes – Saint modern bersifat universal dan netral dimana semua sains tersebut dapat diketemukan dalam agama Islam/ Al-Quran. Bahkan, di dalam isi AlQuran sudah ada terlebih dahulu semua ilmu, sebelum ditemukan oleh para saintis modern.
Hal itu mengemuka dalam diskusi interaktif bertajuk “Evolusi Bumi/ Manusia dari Persfektif Agama dan Saint”, yang diinisiasi Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Baperlitbangda) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Disikusi digelar di Aula H. Idza Priyanti, Kantor Pemerintahan Terpadu (KPT) Brebes, Kamis, (8/8/2024). Diskusi menampilkan nara sumber KH. Subhan Ma’mun, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Assalafiyyah Luwungragi (Brebes) dan Dr. Didit H. Barianto, Pakar Teknik Geologi dari UGM, Yogyakarta. Sedangkan moderatornya Lukman Nur Hakim.
KH. Subhan Makmun menyampaikan, dalam Al-Quran Surat Iqro 19 ayat 1. bacalah dengan (menyebut nama Tuham-mu yang menciptakan), … dan seterusnya, itu tentu ada obyeknya, dimana Allah memberikan kesempatan kepada manusia yang berakal untuk bisa mencari, meneliti dan menyiasati dan sekaligus memahami fenomena alam dan seisinya.
“Agama atau Al-Quran itu bukan menggikuti saint, tapi saint itu sesuai dengan apa yang ada di dalam Al-Quran, saint yang mengikuti Al-Quran. Antara saint dan isi dalam Al-Quran, sudah ada lebih dulu apa yang ada di dalam Al-Quran,” ujar Subhan Ma’mun.
Subhan Ma’mun menyebut, isi Al-Quran dan Hadist bisa menceriterakan alam sebelum ada cerita tentang nabi-nabi yang sebelum Nabi Muhammad, semua diceritakan. Termasuk sebelum Nabi Yusuf mengalaminya.
“Jadi Kebenaran itu ada pada wahyu, tapi kalau akal itu merupakan kemampuan berpikir manusia (saint modern), yang bisa saja berbeda tapi pada hakekatnya itu sama,” terang Subhan Ma’mun.
Ia memberi contoh dalam memahami bentuk seekor gajah orang buta bisa berlainan tergantung apa yang mereka pegang. Bagi yang memegang belalainya akan mengatakan bahwa gajah itu bentuknya panjang, yang memegang telinga akan mengatakan gajah itu seperti kipas, yang memegang kakinya akan menyebut gajah itu panjang seperti bambu dan lainnya.
“Padahal hakikatnya kalau gajah ya bentuknya sama, besar dan tinggi ketimbang bentuk hewan lainnya. Ada belalainya, ada telinganya dan ada kakinya. Tapi pada hakikatnya sama bahwa bentuk gajah itu ya besar tinggi lebih tinggi dari hewan pada umunya,” jelasnya.
Sesudah mengulas proses terbentuknya alam dan seisinya dengan detail hingga keberadaan manusia pertama yakni Nabi Adam, pakar Teknik Geologi dari UGM, Yogyakarta, Didit H. Berianto, menyampaikan, jika situs purbakala yang ditemukan di Bumayu dan Tonjong (Brebes), yang paling tua di Jawa Tengah. Yakni, lebih tua ketimbang situs purbakala di Sangiran (Sragen), Semedo (Tegal) dan situs Purbakala Patiayan (Kudus).
“Karena kehidupan itu bergerak atau terbit dari barat ke timur, dan Bumiayu (Brebes) letaknya lebi barang dari situs purbakala yang ada di Semedo (Tegal), Semedo lebih barat dari situs purbakala yang ada di Patiayan (Kudus), dan Patiayan lebih barat ketimbanag situs purbakala yang ada di Sangiran (Sragen).
Menurut Didit, dalam saint modern patokannya arah barat, karena Pulau Jawa itu secara geologi terangkat dari barat ke timur. Timur itu dulunya masih laut, terangkat ke barat jadi daratan dan terus dari timur ke barat, daratan itu meluas ke timur sampai sekarang.
“Mangkanya nanti suatu ketika Madura dan Jawa akan jadi satu, ke arah Bali akan jadi satu terus terangkat,” pungkas Didit.
Diskusi interaktif dibuka Sekda Brebes, Djoko Gunawan, dihadiri antara lain Kepala Baperlitbangda Brebes, Apriyanto, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Baperlitbangda Brebes, Nurul Hidayat dan pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Brebes. Termasuk mantan Sekda Brebes, Supriyono dan mantan Kepala Humas Pemkab Brebes, Atmo Tan Sidik yang juga dikenal sebagai Budayawan Pantura. (Sup/A-1)