Suasana debat Capres 2024 oleh KPU/dok.tangkapan layar

Sikap Prabowo Mencerminkan Pribadi Lemah Memimpin

Editorindonesia, Jakarta – Sikap Prabowo Subianto, calon presiden (capres) nomor urut 2, yang mencoba mencitrakan diri sebagai pihak yang tersakiti usai debat capres ketiga beberapa waktu lalu, semakin membuktikan kepada publik lemahnya mantan Danjen Kopassus itu meyakinkan kemampuannya dalam memimpin.

Demikian penilaian politikus PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus kepada wartawan, di Jakarta, yang dikutip Sabtu (13/1/2024). Menurut Deddy, capres yang diusung koalisi parpol yang banyak ini tidak setara dengan dua capres lainnya. Sebab materi dalam debat ketiga itu merupakan hal-hal yang seharusnya dikuasai Prabowo sebagai menteri pertahanan.

“Kalau dia merasa jadi pihak yang disakiti maka itu membuktikan lemahnya Prabowo. Semakin dia melakukan itu (playing viktim) berarti capres mereka ya tidak setara bahkan untuk hal-hal yang harusnya dikuasainya,” ungkap Deddy.

Mendekati hari pemilihan/pencoblosan, menurut Deddy, situasi persaingan telah diprediksi kubu Ganjar Pranowo-Mahfud MD akan semakin sengit. Ditandai dengan munculnya unsur kebencian dan informasi bohong, ini yang harus disikapi masyarakat pemilih dengan hati-hati.

“Pendukung itu bergerak karena ada perintah. Serang meyerang tidak akan terjadi kalau tim pemenangan itu bentul-betul mengendalikan pendukungnya. Itu harus direfleksikan dari para capres dan timnya. Tapi kalau capresnya marah-marah lalu bagaimana pendukungnya,” ucap Deddy dengan nada prihatin.

Sikap Prabowo, jelas dia, seharusnya bisa menahan diri. Dalam debat yang disiarkan secara langsung stasiun televisi dan tayangan youtube jangan sampai ada yang keluar dari rambu dan norma. Karena semua mata se Indonesia bisa melihat dan menilai secara langsung penampilan para capres.

Diddy membandingkan debat serupa juga pernah dilakukan Jokowi sebelumnya. Bahkan jika dikritisi debat cawapres dengan pertanyaan menjebak juga dilakukan oleh Gibran Rakabuming Raka.

“Harus capresnya (Prabowo) siap. Kalau dia kedodoran dan tidak bisa menjawab jangan menyalahkan orang. Dulu Jokowi melakukan hal yang sama, jejak digital masih bisa ditemukan kok,” ujarnya.

Di sisi lain Deddy, juga mengingatkan penyelenggara pemilu untuk sigap menegakan hukum jika ada pihak atau pendukung yang berperilaku kasar, seperti yang terjadi terhadap Capres Anies Baswedan.

“KPU sebagai penyelenggara harus harus tanggungjawab bekerja sama dengan Polri untuk dibawa ke ranah ranah pidana. Komenkominfo juga sebetulnya tidak sulit untuk melacak pelakunya,” ucapnya. (Her)

Baca Juga: Hormati Proses Hukum, BRI Tak akan Ganti Kerugian Akibat Kelalaian Nasabah