Mahasiswa teknik aeronautika, Polban tengah menyimak saat PBL/dok.HO-editor indonesia

Talenta Muda Vokasi Aeronautika Diperkuat dengan Program Sertifikasi Kompetensi

Editor Indonesia, Jakarta – Talenta muda vokasi terus diperkuat agar mampu bersaing di dunia industri, salah satunya dengan program sertifikasi kompetensi.

Untuk membuktikan kompetensinya, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melengkapi peserta didik dengan sertifikat kompetensi yang sesuai dengan standar industri pada bidang masing-masing.

Salah satunya seperti program sertifikasi kompetensi yang diterapkan di program studi D-3 Teknik Aeronautika, Politeknik Negeri Bandung (POLBAN). Program studi tersebut setidaknya memiliki dua program sertifikasi kompetensi, yakni sertifikasi Non Destructive Test (NDT) dan Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO).

Sertifikasi Non-Destructive Test (NDT) yang diberikan oleh POLBAN merupakan pelatihan bagi mahasiswa dalam melakukan inspeksi terhadap struktur, komponen, dan bahan pesawat untuk berbagai kecacatan yang tidak terlihat oleh mata.
Tujuan dari sertifikasi ini yaitu agar peserta didik POLBAN dapat meningkatkan kemampuannya untuk memastikan keamanan pesawat terjamin saat mengudara.

Sedangkan sertifikasi Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO) di POLBAN merupakan pelatihan bagi peserta didik vokasi di bidang teknik aeronautika, tentang aircraft maintenance yang fokus untuk menyiapkan tenaga ahli dengan tujuan mendukung industri perawatan pesawat terbang.

Setelah itu, para peserta didik dapat mengikuti ujian untuk mendapatkan basic license untuk dua kategori yaitu A1 (struktur pesawat udara), dan A4 (gas turbine engine).

Budi Hartono, S.T., M.T., Koordinator Program Studi D-3 Teknik Aeronautika Politeknik Negeri Bandung mengatakan, sertifikasi kompetensi menjadi program wajib yang harus diikuti oleh seluruh mahasiswa setelah mengikuti seluruh perkuliahan dan sidang akhir dengan durasi waktu selama dua sampai tiga minggu.

“Kami wajibkan talenta muda vokasi ini  karena dunia industri lebih memilih lulusan yang telah memiliki sertifikasi kompetensi. Sehingga dapat dikatakan layak untuk bergabung di industri tersebut khususnya di industri aviasi,” ungkap Budi Hartono dalam keterangannya, dikutip Kamis (8/8/2024).

Project Based Learning (PBL) juga diterapkan oleh POLBAN guna menyiapkan lulusan insan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI), khususnya di bidang aviasi. Hal itu sejalan dengan  Kurikulum Merdeka Belajar, guna menyiapkan lulusan menjadi insan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada dunia usaha dan dunia industri (DUDI), khususnya di bidang aviasi.

“Salah satu contoh PBL yakni melakukan pengecekan landing gear dan juga windshield, apabila pesawat udara mengalami tabrakan dengan burung di udara. Mahasiswa dilatih melakukan pengecekan tersebut untuk memastikan pesawat udara dapat terbang kembali dengan aman,” ucap Budi Hartono.

Saat ini banyak lulusan program studi aeronautika di POLBAN, lanjut Budi, telah bekerja dengan beberapa lembaga penerbangan di Indonesia seperti GMF AeroAsia dan Merpati Maintenance Facility.

“Pada tahun 2015 – 2016 kami menerima mahasiswa untuk dididik hingga lulus, setelah lulus mereka bergabung dan bekerja untuk GMF AeroAsia, baik di hanggar 4 maupun di apron bandara.” kata Budi Hartono.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Kiki Yuliati, mengatakan bahwa sebagai bagian dari program Kurikulum Merdeka Belajar, program sertifikasi merupakan bagian dari komitmen Ditjen Pendidikan Vokasi dalam menyiapkan SDM unggul, khususnya di bidang aviasi yang sesuai dengan kebutuhan DUDI

“Sertifikasi yang dimiliki di POLBAN menjadi salah satu contoh baik dari fokus kami untuk memiliki SDM yang berkualitas. Melalui fokus ini, Pendidikan Vokasi memiliki peran besar, khususnya dalam mengembangkan keterampilan talenta-talenta muda hingga mencapai SDM yang lebih kuat lagi,” ujar Kiki.

Menurut Kiki, program sertifikasi kompetensi tidak hanya membantu para talenta muda vokasi untuk dapat meningkatkan kemampuannya untuk lebih kompetitif, akan tetapi juga membantu para mahasiswa memperoleh kesempatan yang besar untuk bergabung dengan pelaku industri aviasi ternama hingga di mancanegara.

“Saat ini lulusan vokasi tidak hanya cukup dengan ijazah saja. Mereka juga harus dilengkapi dengan sertifikat kompetensi untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar kompeten dan siap bergabung dengan industri baik di dalam negeri maupun mancanegara,” tutup Kiki. (Har)