Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes*
Saya memilih kata “Akhirnya” untuk judul ini, bukan “Alhamdulillah” atau “Innalilahi”, agar terhindar dari kesan yang terlalu agamis. Hal ini berbeda dengan tindakan Menkominfo Budi Arie Setiadi saat rapat dengan Komisi-1 DPR-RI mengenai Pembobolan PDNs pada 27 Juni 2024, yang ditegur oleh anggota DPR-RI Sukamta (F-PKS) karena salah penggunaan diksi.
Namun kali ini, penggunaan kata “Alhamdulillah” tepat karena kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Meskipun prestasi atlet badminton di Olimpiade Paris 2024 ini di bawah target PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia), kita tetap bangga. Gregoria Mariska Tunjung meraih satu-satunya medali dari cabang olahraga yang biasanya menjadi andalan Indonesia.
Dari cabang olahraga lain seperti Panjat Tebing dan Angkat Besi, kita masih memiliki harapan untuk meraih medali dan mempertahankan tradisi emas. Namun, saat tulisan ini dibuat, pertandingan dari cabang-cabang tersebut belum dimulai. Mari kita fokus pada perjalanan prestasi badminton Indonesia sejak pertama kali dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, yang dikenang sebagai masa “Pasangan Emas” Allan Budikusuma dan Susi Susanti.
Prestasi Badminton Indonesia di Olimpiade
Secara total, dalam 11 Olimpiade yang diikuti, Indonesia telah meraih 8 emas, 14 perak, dan 16 perunggu dari berbagai cabang olahraga dan nomor berbeda. Olimpiade pertama kali diselenggarakan pada tahun 1896, dan Indonesia pertama kali ikut serta pada tahun 1952 di Helsinski, Finlandia, dengan tiga atlet: Maram Sudarmodjo (Lompat Tinggi), Habib Suharko (Renang), dan Thio Ging Hwie (Angkat Berat).
Debut “pasangan emas” pada tahun 1992 juga dibarengi oleh Ganda Putra Eddy Hartono/Rudi dan Tunggal Putra Hermawan Susanto yang masing-masing memperoleh 1 perak dan 1 perunggu. Setelah itu, tradisi emas terus ditorehkan oleh atlet-atlet badminton lainnya seperti Ricky/Rexy (1996), Tony/Chandra (2000), Taufik Hidayat (2004), Hendra/Kido (2008), Owi/Butet (2016), dan Greysia Polii/Apriyani (2020).
Pada Olimpiade London 2012, Indonesia tidak meraih medali emas, tetapi masih mendapat 2 perak dan 1 perunggu dari cabang Angkat Besi melalui Triyatno, Citra, dan Eko Yuli. Cabang Angkat Besi sering kali berkontribusi menyumbang medali sejak Olimpiade Beijing 2008 dan bahkan jauh sebelumnya saat di Seoul 1988.
Perjuangan di Olimpiade Paris 2024
Pada Olimpiade Paris 2024, Indonesia menurunkan 9 pemain di 5 nomor cabang Badminton: Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting (Tunggal Putra), Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (Ganda Putra), Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas (Ganda Campuran), serta Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva (Ganda Putri). Namun, hanya Gregoria Mariska Tunjung di Tunggal Putri yang berhasil mencapai babak semifinal dan meraih perunggu setelah Carolina Marin mengalami cedera lutut.
Tindakan yang Harus Dilakukan PBSI dan Kemenpora
Menurunnya prestasi badminton di Olimpiade Paris 2024 memerlukan evaluasi serius dari PBSI dan Kemenpora. Badminton sudah menjadi trademark dan kebanggaan Indonesia. Olahraga ini sangat populer dan mudah dimainkan di berbagai pelosok Indonesia. Jangan sampai supremasi Indonesia di cabang ini hilang karena salah urus dan tidak lahirnya lagi atlet-atlet kebanggaan negeri.
Kita merindukan era keemasan dengan pemain-pemain legendaris seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Tjun-tjun/Johan Wahyudi, Christian/Ade Chandra, Riki Maulana/Rexi Mainaky, Lius Pongoh, Hastomo Arbi, Susi Susanti, Verawaty, Ivana Lie, hingga Mia Audina. Gegap gempita penonton menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mengibarkan Bendera Merah Putih adalah pemandangan yang selalu kita nantikan.
Harapan untuk Munas PBSI
Menjelang Munas PBSI pada 10-12 Agustus 2024 di Surabaya, kita berharap Ketua PBSI terpilih adalah sosok yang mampu mengayomi semua pihak, tidak subjektif, dan benar-benar berdedikasi untuk kemajuan badminton Indonesia. PBSI seharusnya tidak digunakan sebagai kendaraan politik. Kita ingin melihat atlet-atlet kita berjaya dan mendengar sorakan “Indonesia … Indonesia … Indonesia …” di setiap pertandingan.
)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Menteri Pemuda & Olahraga Ke-11 Kabinet Indonesia Bersatu (2013-2014)