Editor Indonesia, Jakarta – Gempa dahsyat yang terjadi di Taiwan pada Rabu (3/4/2024) memperlihatkan sebuah pulau yang sangat siap menghadapi bencana seismik, kata sejumlah ahli.
Sembilan orang dilaporkan tewas dalam insiden ini, Lebih dari 1.000 orang terluka dan sedikitnya 100 orang dikhawatirkan terjebak reruntuhan. Namun mengingat besarnya gempa yang terjadi, berkekuatan 7,4 magnitudo, para ahli seismologi mengatakan tampaknya pulau padat tersebut menangani bencana dengan baik seperti yang diperkirakan dalam laporan awal.
Para ahli menyebutkan, hal ini bukan suatu kebetulan. Taiwan menggunakan sistem peringatan dini yang kuat dan memiliki peraturan bangunan seismik yang modern, dan penduduknya terbiasa dengan aktivitas seismik yang sering terjadi.
Sistem peringatan dini Taiwan yang canggih juga merupakan bagian penting dari infrastruktur keselamatannya. Sistem ini bergantung pada jaringan instrumen seismik di seluruh pulau. Ketika gempa besar terjadi, sistem akan mengirimkan pesan ke telepon orang-orang dan secara otomatis memotong acara TV untuk menampilkan peringatan kepada warga
Setelah gempa Chi-Chi yang dahsyat pada tahun 1999, pulau ini meningkatkan sebagian besar infrastrukturnya untuk menghadapi bencana secara signifikan.
“Saat itu (gempa Chi-Chi tahun 1999), dua ribu empat ratus orang tewas. Dan kali ini, ‘hanya’ sembilan orang yang dilaporkan tewas. Sangat signifikan kemajuannya,” kata Larry Syu-Heng Lai, ahli geologi dan peneliti pascadoktoral di University of Washington yang tumbuh dan belajar di Taiwan, dikutip dari NBC News.
“Bangunan di Taiwan lebih kuat, fasilitasnya jauh lebih baik. Bisa dibilang kami menganggapnya sangat serius, tapi ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Contoh bangunan tahan gempa di Taiwan adalah Taipei 101, menara tertinggi di pulau itu, yang dilengkapi dengan bola baja seberat 660 metrik ton yang digantung dengan kabel di lantai atasnya, merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk meredam pergerakan akibat angin kencang dan gempa.
Syu-Heng Lai mengatakan kemajuan Taiwan dalam keselamatan gempa tidak terjadi secara instan, melainkan bertahap dan memerlukan pendidikan masyarakat serta kepercayaan pada pemerintah, serta ilmuwan.
“Kami membutuhkan waktu 25 tahun untuk mencapai titik ini,” katanya
Selain itu kesiapan warga Taiwan dalam menghadapi gempa patut diacungi jempol. Mereka tahu pasti langkah – langkah yang harus dilakukan ketika menghadapi gempa.
Seperti yang diceritakan oleh mahasiswa asal Indonesia, Hasan (23 tahun). Mahasiswa tingkat akhir National Taiwan University of Science and Technology yang berlokasi di Taipei ini menceritakan ketika gempa terjadi di awal guncangan terasa seperti gempa biasa yang sering ia rasakan selama di Taiwan. Tapi tiba-tiba guncangan menjadi keras, ia merasa terlempar dan menjadi panik. Ketika ia keluar kamar, temannya yang warga negara Taiwan memandu mereka bagaimana harus bertindak di tengah gempa dalam kondisi berada di lantai 8 sebuah apartemen.
Minimnya korban jiwa dalam gempa kali ini membuktikan kolaborasi antara teknologi bangunan yang mumpuni dan juga pengetahuan sedini mungkin tentang gempa kepada anak anak adalah hal yang patut ditiru oleh negara negara lain. (Frd)










