Editor Indonesia, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan deflasi di Indonesia mencapai 0,03 persen pada Agustus 2024, jika dibanding dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
“Terjadi deflasi sebesar 0,03 persen secara bulanan atau terjadi penurunan IHK dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus 2024,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi & Jasa BPS Pudji Ismartini, dalam konfrensi persnya, di Jakarta, Senin (2/9/2024)
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahunan mencapai 2,12 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,87 persen (year-to-date/ytd).
Apa Itu Deflasi
Deflasi merupakan istilah yang sering muncul dalam dunia perekonomian. Deflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami penurunan, dan nilai uang menjadi lebih berharga. Situasi ini adalah kebalikan dari inflasi, di mana harga-harga cenderung meningkat. Jadi, saat terjadi deflasi, kita melihat harga barang dan jasa menurun seiring waktu.
Contoh sederhana: Bayangkan jika harga roti, beras, atau pakaian tiba-tiba lebih murah daripada sebelumnya. Itu adalah tanda deflasi.
Namun, perlu diingat bahwa deflasi juga memiliki dampak yang lebih luas. Beberapa dampak positif dan negatif dari deflasi meliputi:
Dampak Positif
– Daya Beli Meningkat: Konsumen dapat membeli lebih banyak dengan uang yang sama.
– Utang Lebih Terjangkau: Jika Anda memiliki utang, deflasi dapat membantu mengurangi beban pembayaran utang.
Dampak Negatif
– Pengurangan Pendapatan: Bisnis mengalami penurunan pendapatan karena harga jual turun.
– PHK Meningkat: Beberapa perusahaan mungkin mengurangi karyawan untuk mengurangi biaya produksi.
– Investasi Menurun: Nilai saham dan investasi bisa terpengaruh negatif.
Untuk mengatasi deflasi, pemerintah dan bank sentral dapat menerapkan kebijakan moneter dan fiskal. Misalnya, menurunkan suku bunga atau mengurangi pajak. Semua ini bertujuan untuk mendorong konsumsi dan investasi. (Her)












