Ragam

Budaya Tegal Terancam Hilang? DPR Ingatkan Generasi Muda Jangan Lupakan Sejarah

×

Budaya Tegal Terancam Hilang? DPR Ingatkan Generasi Muda Jangan Lupakan Sejarah

Sebarkan artikel ini
Budaya Tegal Terancam Hilang? DPR Ingatkan Generasi Muda Jangan Lupakan Sejarah
Suasana dialog “Semarak Budaya Tegal Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah ke Generasi Muda”, di Tegal,Sabtu (4/10)/dok.Editor Indonesia-Supar
Budaya Tegal Terancam Hilang? DPR Ingatkan Generasi Muda Jangan Lupakan Sejarah

Editor Indonesia, Tegal – Kekayaan budaya Tegal kembali menjadi sorotan. Dalam gelaran “Semarak Budaya Tegal Sebagai Warisan Peninggalan Sejarah ke Generasi Muda” di Pelataran Sastra Piek, Alun-alun Kota Tegal, Sabtu (4/10/2025), muncul peringatan keras: budaya lokal bisa hilang jika generasi muda abai.

DPR: Pemajuan Kebudayaan Harus Jadi Prioritas

Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menegaskan perlunya melestarikan kebudayaan daerah sebagai benteng identitas bangsa. Menurutnya, pemajuan budaya lokal sudah diatur dalam UU No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang mencakup perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.

“Kegiatan seperti ini penting agar budaya tidak hanya jadi warisan mati, tapi bisa hidup membentuk karakter generasi muda,” ujar Fikri, legislator Dapil Jawa Tengah IX (Brebes dan Tegal).

Budaya Tegal Terancam Hilang
Budaya Tegal Terancam Hilang? DPR Ingatkan Generasi Muda Jangan Lupakan Sejarah
Anggota Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih (baju putih) dengan Budayawan Pantura, Atmo Tan Sidik/dok.Editor Indonesia-Supar

Budayawan Pantura: Generasi Muda Kehilangan Jejak

Budayawan Atmo Tan Sidik mengingatkan bahwa tanpa sosialisasi masif, anak-anak muda Tegal akan semakin jauh dari budaya mereka sendiri.

“Generasi milenial harus tahu sejarah dan budaya lokal. Kalau tidak, mereka akan kehilangan identitas. Mana budaya positif bisa diteruskan, mana yang negatif ditinggalkan,” katanya.

Budaya Tegal Terancam Hilang

Dari Kota Penyair ke Kota Lupa?

Lebih keras lagi, Dyanindra Sri Kumoro menegaskan bahwa kekuatan Tegal bukan hanya kuliner atau destinasi wisata, melainkan kesusastraan.

“Dulu Tegal dijuluki Ibu Kota Penyair Indonesia karena banyak sastrawan lahir di sini. Tapi sekarang, anak-anak muda Tegal bahkan tak kenal tokoh sastranya sendiri,” ungkapnya prihatin.

Menurut Dyanindra, budaya lokal harus masuk dalam kurikulum sekolah dari SD hingga perguruan tinggi. Tanpa dukungan kebijakan DPR maupun DPRD, warisan budaya hanya akan tinggal cerita.

Budaya Tegal Terancam Hilang

Seni yang Hidup, Bukan Sekadar Nostalgia

Acara yang dimoderatori Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal, Andi Kustomo, tak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga menampilkan tari-tarian tradisional dan pembacaan puisi bergaya tegalan.

Namun, gelaran ini lebih dari sekadar hiburan. Ia menjadi alarm kebudayaan: jika generasi muda tidak peduli, maka Tegal bisa kehilangan identitasnya sebagai kota sastra dan budaya. (Sup)