Nusantara

Desa Wisata Zero Waste UMY di Bantul: Edukasi Sampah Jadi Ekonomi Berkelanjutan

×

Desa Wisata Zero Waste UMY di Bantul: Edukasi Sampah Jadi Ekonomi Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini
Desa Wisata Zero Waste UMY di Bantul: Edukasi Sampah Jadi Ekonomi Berkelanjutan
Desa Wisata Zero Waste UMY di Bantul/dok.UMY
Desa Wisata Zero Waste UMY di Bantul: Edukasi Sampah Jadi Ekonomi Berkelanjutan

Editor Indonesia, Bantul – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggagas Desa Wisata Zero Waste di Dewi Kajii, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai model pengelolaan sampah berkelanjutan yang bisa ditiru desa wisata lain.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UMY, Ratih Herningtyas, menegaskan bahwa desa wisata tidak boleh hanya menjadi sumber ekonomi, tetapi juga harus ramah lingkungan.

“Desa wisata harus tetap menjadi sumber ekonomi tanpa menambah beban lingkungan. Inovasi pengelolaan sampah berbasis edukasi dan komunitas adalah kuncinya,” ujar Ratih di Yogyakarta, Minggu (21/9).

Melalui program BIMA (Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat), konsep zero waste ini tidak hanya berhenti sebagai kampanye sesaat, melainkan ditanamkan sebagai budaya baru yang berkelanjutan. Dengan dukungan akademisi, komunitas, dan tokoh agama, Desa Wisata Dewi Kajii diharapkan menjadi contoh nyata bahwa sampah bisa bernilai, bukan ancaman.

Sebagai bagian dari program, UMY bersama warga setempat menggelar seminar bertema “Mengubah Sampah Menjadi Berkah: Edukasi, Ekonomi, dan Lingkungan”. Seminar ini menghadirkan pendiri Gerakan Sedekah Sampah sekaligus penerima Kalpataru Pemerintah DIY, Ananto Isworo atau yang dikenal sebagai Ustadz Sampah.

Dalam pemaparannya, Ananto menekankan pentingnya perubahan pola pikir dari rumah tangga. “Delapan puluh persen persoalan sampah selesai jika ada kesadaran bersama. Keluarga adalah titik awal,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan perbedaan konsep antara bank sampah dan sedekah sampah. Menurutnya, sedekah sampah tidak hanya menghasilkan nilai ekonomi, tetapi juga berdampak sosial karena hasilnya digunakan untuk kegiatan kemanusiaan.

Salah satu peserta seminar, Rini Sutriasih, mengaku mendapatkan perspektif baru dari kegiatan ini. “Saya sadar sekarang bahwa sampah bisa jadi sarana ibadah sekaligus pemberdayaan ekonomi. Dari rumah, saya akan mulai membiasakan anak-anak memilah sampah dan mengurangi plastik sekali pakai,” ungkapnya. (Frd)

Baca Juga: Tes Kemampuan Akademik SMA/SMK Gratis, Sekolah Tak Boleh Bebani Ortu