Editor Indonesia, Jakarta – Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali mendapatkan suntikan dana besar untuk mendukung pemulihan dan transformasi bisnisnya.
Kali ini, bantuan pendanaan datang dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) dengan total nilai hingga US$1 miliar atau sekitar Rp16,37 triliun (kurs Jisdor Rp16.370).
Pendanaan tersebut akan disalurkan secara bertahap dalam lima tahun ke depan untuk mendukung tiga pilar strategis Garuda Indonesia, yakni optimalisasi bisnis, pembiayaan jangka panjang, serta pendampingan berbasis tata kelola dan restrukturisasi kinerja.
Tahap awal pendanaan dimulai dengan pinjaman pemegang saham senilai Rp6,65 triliun atau setara US$405 juta, yang difokuskan untuk kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan armada (maintenance, repair, and overhaul/MRO).
Fase ini akan menjangkau dua lini utama di bawah Garuda Indonesia Group, yaitu Garuda Indonesia sebagai full service carrier (FSC) dan Citilink sebagai low cost carrier (LCC).
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyebut kolaborasi ini menandai awal dari fase penyelamatan kinerja perusahaan untuk periode 2025–2029.
“Kami memproyeksikan pengoperasian sekitar 120 pesawat dalam lima tahun ke depan. Ini bagian dari transformasi menyeluruh,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (24/6/2025).
Sementara itu, Direktur Niaga Garuda, Ade R. Susardi, menjelaskan bahwa alokasi terbesar pendanaan awal akan diberikan kepada Citilink Indonesia. Dari total dana US$405 juta, sekitar US$294 juta (Rp4,85 triliun) akan mengalir ke Citilink, sementara US$111 juta (Rp1,83 triliun) untuk induk usaha GIAA.
“Pertimbangannya, kebutuhan paling mendesak adalah perawatan pesawat di Citilink. Diharapkan Citilink bisa segera menambah jumlah pesawat yang beroperasi,” kata Ade.
Pernah Disuntik Negara Lewat PMN
Sebelum ini, Garuda Indonesia juga menerima bantuan dari pemerintah melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp7,5 triliun, yang dicairkan pada 20 Desember 2022.
Dana ini digunakan untuk mempercepat proses pemulihan pasca-restrukturisasi, termasuk pembiayaan perawatan pesawat, bahan bakar, sewa, dan biaya restrukturisasi.
Menurut laporan tahunan 2024, seluruh dana PMN telah dimanfaatkan hingga Triwulan IV-2024 dan turut membantu memperbaiki struktur permodalan Garuda Indonesia.
Ke depannya, dana PMN tersebut akan dikonversi menjadi saham melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan harga pelaksanaan Rp196 per saham. Total saham yang diterbitkan akan mencapai sekitar 38,26 miliar lembar, dengan nilai konversi Rp7,49 triliun. (Frd)