Jabodetabek

Gubernur Pramono: Rumah Sakit Baru di Jakarta Akan Bernama Tokoh Betawi

×

Gubernur Pramono: Rumah Sakit Baru di Jakarta Akan Bernama Tokoh Betawi

Sebarkan artikel ini
Gubernur Pramono: Rumah Sakit Baru di Jakarta Akan Bernama Tokoh Betawi
Gubernur Jakarta, Pramono Anung, /dok.Editor Indonesia-Saragih

Editor Indonesia, Jakarta – Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menginstruksikan agar rumah sakit baru yang akan dibangun di Ibu Kota menggunakan nama-nama tokoh Betawi. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mengangkat budaya Betawi sebagai identitas utama Jakarta.

“Termasuk di dalamnya beberapa nama-nama rumah sakit yang akan kita bangun. Saya sudah meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan Jakarta agar memberi nama tokoh Betawi,” kata Pramono saat menghadiri Sarasehan III Kaukus Muda Betawi di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Senin (2/6/2025).

Kritik Terhadap Sebutan “Rumah Sehat”

Pramono menyinggung kebijakan era Gubernur Anies Baswedan yang mengganti nama seluruh rumah sakit daerah menjadi “Rumah Sehat”. Menurutnya, istilah tersebut tidak sesuai karena pasien datang dalam kondisi sakit, bukan sehat.

Rumah Sakit Baru di Jakarta

“Padahal orang datang berobat karena sakit, bukan sehat,” ujarnya. Oleh karena itu, ia menilai sebutan “rumah sehat” kurang tepat dan menegaskan pentingnya mengembalikan nama rumah sakit dengan tambahan identitas lokal, seperti nama tokoh Betawi.

Kilas Balik Penamaan RSUD di Jakarta

Dalam catatan redaksi, sejak era Gubernur Ali Sadikin pada 1970-an hingga era Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), penamaan rumah sakit milik Pemprov DKI menggunakan sistem lokasi, seperti RSUD Tarakan, RSUD Cengkareng, RSUD Tanjung Priok, dan RSUD Kembangan.

Namun, kebijakan tersebut berubah pada masa kepemimpinan Anies Baswedan, yang mengganti istilah RSUD menjadi “Rumah Sehat”. Kini, Pramono berupaya meluruskan kebijakan tersebut dengan pendekatan yang lebih relevan secara kultural.

Penguatan Budaya Betawi di Ruang Publik

Selain penamaan rumah sakit, Pramono juga menegaskan bahwa penguatan budaya Betawi harus terwujud secara nyata, tidak sebatas seremoni. Ia berencana menggelar lomba penataan batas wilayah administratif di Jakarta pada Agustus mendatang, dengan penekanan pada ornamen budaya Betawi.

Ia juga mendorong percepatan pembentukan lembaga adat Betawi yang saat ini masih dalam tahap perancangan. “Mestinya tidak hanya sebatas formalitas, tetapi harus diimplementasikan secara nyata di lapangan,” tegasnya.

Kostum dan Narasi Budaya Betawi Diperbarui

Pemprov Jakarta juga berencana memperbarui desain kostum budaya Betawi. Menurut Pramono, Betawi adalah etnis yang inklusif dan terbuka terhadap keberagaman. “Nanti mohon Kepala Dinas Kebudayaan untuk membuatkan narasi bahwa Betawi itu adalah sebuah etnisitas yang terbuka, bisa menerima siapa saja,” ujarnya.

Pramono berharap revitalisasi budaya Betawi dapat memperkuat karakter dan identitas Jakarta sebagai kota yang plural dan berakar pada nilai-nilai lokal. (Sar)