JabodetabekPendidikan

Insan Cita Mengabdi 2025 Resmi Ditutup, Sepekan di Cibunian Tak Terlupakan

×

Insan Cita Mengabdi 2025 Resmi Ditutup, Sepekan di Cibunian Tak Terlupakan

Sebarkan artikel ini
Insan Cita Mengabdi 2025 Resmi Ditutup, Sepekan di Cibunian Tak Terlupakan
Peserta ICM 2025 HMI KOMFISIP Cabang Ciputat, Tangsel, Banten, Sabtu (11/1/2025)/Dok.Editor Indonesia/HO-Salsabila)

Editor Indonesia, Kabupaten Bogor – Program Insan Cita Mengabdi (ICM) 2025 yang dihelat HMI KOMFISIP Cabang Ciputat, di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sejak tanggal 5 hingga 11 Januari 2025 resmi ditutup.

Penutupan dilaksanakan di Kantor Kepala desa, Desa Cibunian, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/1/2025). Dihadiri sejumlah perangkat desa dan warga setempat.

“Kami sebagai mahasiswa, hanya bisa menyampaikan dan mengamalkan ilmu-ilmu yang sudah kami dapatkan selama di perkuliahan. Ini adalah bentuk implementasi kami dalam lingkup kecil. Maka dari itu saya berterimakasih kepada seluruh panitia dan perangkat desa yang telah berkontribusi dalam kegiatan ini,” ucap Ketua Pelaksana Insan Cita Mengabdi 2025 Ahmad Ziyad.

Sementara itu, Abdullah Ahmad Kurnia, Ketua Umum HMI KOMFISIP Cabang Ciputat berpesan, mahasiswa yang mengikuti ICM 2025 dapat mengambil pelajaran selama berinteraksi dengan masyarakat di Desa Cibunian. Baik saat memberikan sosialisasi kepada siswa SD, perangkat desa dan masyarakat setempat.

“Teruntuk panitia, terus tingkatkan kemampuan, upgrade value dalam diri masing-masing, dan terus belajar dari pengalaman. Semoga, kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Tak lupa, kita juga harus menjaga silaturahmi dengan masyarakat di tempat yang sudah menjamu kita dengan begitu baik,” ujar Abdullah.

Nanang, perangkat desa yang mewakili Kepala Desa Cibunian memberikan apresiasi kepada mahasiswa dan panitis ICM 2025, yang menjadikan Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor sebagai laboratorium pengabdian mahasiswa HMI KOMFISIP cabang Ciputat.

“kegiatan ini perlu apresiasi yang tinggi. Pengabdian pada masyarakat adalah hal yang sangat mulia. Seperti yang kita tahu, banyak anak-anak dari sekolah di desa ini yang masih belum bisa baca, tulis, hitung (calistung). Hal ini sangatlah membantu. Mengingat betapa kurangnya SDM yang kami miliki untuk mengajarkan calistung,” ujar Nanang.

Untuk evaluasi kegiatan ICM 2025 ini, Nanang berharap, jika sekiranya ada pengabdian serupa lagi di desa, sebaiknua bisa menggarap program kerja yang lebih spesifik. Misalnya, untuk masyarakat, bisa dilakukan riset terlebih dahulu mengenai permasalahan yang sedang terjadi. Kalau misalnya ada krisis sandang atau pangan, mahasiswa bisa menyelenggarakan pasar kaget kecil-kecilan.

“Saya sangat bersyukur para mahasiswa bisa melakukan pengabdian di daerah kami yang terpencil ini. Kami merasa sangat terbantu. Maka dari itu, selanjutnya kalian bisa lebih menjelajah daerah yang lebih jauh lagi, untuk menemukan dan membantu mereka yang lebih membutuhkan,” pesan Nanang.

Diakhir perjumpaan, Nanang berpesan kepada mahasiswa baik peserta dan panitia ICM 2025, kehidupan di masyarakat merupakan salah satu proses belajar. Jika mahasiswa kembali ke bangku kuliah, belajarlah dengan semangat dan tuntaskan kuliahnya tepat waktu.

“Pesan saya, lanjutkan proses belajar kalian. Jika suatu hari telah sukses, maka kembalilah ke kampung halaman. Jangan ingin sukses di kota saja, tapi ingatlah ‘rumahmu’. Jika bukan karena kalian yang memajukan kampung halaman sendiri, maka siapa lagi?,” tutupnya. (Salsabila Mahadewi/A-1)