Editor Indonesia, Jakarta – Penetapan kebaya sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, tidak hanya untuk Indonesia sebagai negara asal kebaya. Melainkan juga kepada Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Thailand yang juga mendaftarkan kebaya sebagai produk budayanya ke UNESCO.
“Saya merasa senang dan bersyukur, tugas Timnas Kebaya Indonesia telah membuahkan hasil,” ujar Ketua Timnas Kebaya Indonesia, Lana T Koentjoro, Kamis (5/12/2024)
Karena kebaya diajukan oleh lima negara, maka pengakuan dari badan PBB urusan pendidikan dan kebudayaan (UNESCO) tersebut juga ditujukan ke lima negara pengusul.
Peraturan UNESCO juga lebih menekankan kepada upaya pelestariannya, bukan persoalan asal muasal dari produk budaya yang bersangkutan.
Parameter yang UNESCO tetapkan adalah bila negara pendaftara mampu membuktikan bahwa sudah menjaga keberadaan produk budayanya selama lebih dari 20 tahun secara terus menerus, maka negara tersebut berhak mendaftarkannya ke UNESCO.
“Ini hadiah luar biasa bagi perempuan di lima negara serumpun ini, termasuk Indonesia,” kata Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB), Lia Nathalia, melalui keterangan tertulisnya.
“Dan ini menjadi hadiah ulang tahun terbaik bagi KPB,” lanjutnya tentang peringatan hari jadi ke-10 KPB pada 4 Desember 2024 yang bertepatan dengan penetapan kebaya sebagai warisan budaya tak benda.
“Kami sangat bersyukur, tepat saat KPB berulang tahun ke 10, kebaya ditetapkan sebagai warisan budaya dunia takbenda dari lima negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tempat di mana gerakan menghidupkan kembali kebaya sebagai busana atasan perempuan sehari-hari diinisiasi,” paparnya.
Penetapan resmi kebaya sebagai warisan budaya dunia tak benda, berlangsung dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) pada 4 Desember 2024 di Asuncion, Paraguay.
Inkripsi kebaya ke UNESCO diajukan bersama oleh Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand yang di masing-masing nehara tersebut memang kebaya merupakan budaya setempat.
Prosesnya tidak lepas dari kerja bersama semua komunitas perempuan dan pelestari kebaya dengan pemerintah, parlemen.
Di antaranya adalah Kementerian Kebudayaan, Kementerian Luar Negeri dan Watimpres, yang ikut ambil bagian dalam perjalanan sampai Kebaya diinkripsi menjadi bagian warisan budaya dunia tak benda karena tradisi berkebaya yang masih digunakan dan diupayakan terus digunakan di masa depan.
Secara khusus sebagai pelaksananya adalah Tim Nasional Hari Kebaya Nasional dan Kebaya Goes to UNESCO (Timnas HKN to UNESCO) yang menghimpun lintas komunitas.
Sebagai bentuk komitmenya melestarikan kebaya, pemerintah telah tetapkan Hari Kebaya Nasional tiap tanggal 24 Juli dan pertama kali dirayakan pada tahun ini. (Luhur Hertanto/A-2)
Baca Juga: Kebaya Resmi Jadi Warisan Budaya Dunia, Pelestariannya Menggerakkan UMKM dan Perajin di Daerah







