Editor Indonesia, Jakarta – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan dua faktor utama yang menjadi pemicu kasus dugaan keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah.
Menurut Dadan, faktor pertama adalah sistem pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang masih baru berjalan. Banyak pengelola makanan yang belum terbiasa menyiapkan porsi dalam jumlah besar sehingga menimbulkan risiko.
“Ibu-ibu yang biasa masak untuk 4–10 orang belum tentu bisa langsung menyiapkan makanan untuk 1.000 sampai 3.000 orang. Jadi kalau ada 20 sekolah yang dilayani, hari pertama cukup 2 sekolah dulu, lalu bertahap menjadi 4 sekolah, dan seterusnya,” ujar Dadan dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (18/9).
Baca Juga: Kontaminasi Salmonella dan E. Coli Jadi Biang Kerok Keracunan Massal Program MBG Bogor
Faktor kedua, lanjut Dadan, adalah pergantian pemasok bahan baku yang belum sepenuhnya siap memenuhi standar. Ia mencontohkan kasus di Maluku Barat Daya, di mana pasokan rutin diganti oleh supplier lokal dengan alasan kearifan lokal, tetapi ternyata kapasitasnya belum memadai.
“Biasanya bahan dipasok supplier yang sudah rutin. Kemarin karena ingin meningkatkan kearifan lokal, diganti supplier lokal yang ternyata belum siap. Hal-hal seperti itu memang masih bisa terjadi,” jelasnya.
Meski demikian, Dadan menegaskan bahwa secara keseluruhan program MBG berjalan baik di berbagai daerah. Pemerintah terus melakukan evaluasi agar insiden serupa tidak terulang.
“Alhamdulillah sampai sekarang program makan bergizi sudah menghasilkan lebih dari 1 miliar porsi makanan. Jadi kalau ada kendala, tentu akan segera kami perbaiki,” pungkasnya. (Frd)
Baca Juga: 467 Siswa Keracunan, BGN Hentikan Program MBG di Lebong











