Opini

Keruntuhan Turki Utsmani: Modernisasi dalam Dunia Islam

×

Keruntuhan Turki Utsmani: Modernisasi dalam Dunia Islam

Sebarkan artikel ini
Keruntuhan Turki Utsmani: Modernisasi dalam Dunia Islam

Oleh: Wibisana Duta Adimasta*

Awal Berdirinya Turki Utsmani

Selama 3-4 abad, bangsa Turki mendirikan kerajaan di wilayah Mongol dan utara Cina, sebelum pindah ke Turkistan, Persia, dan Irak. Pada abad ke-9 dan ke-10, mereka memeluk Islam dan menetap di Asia Tengah. Namun, serangan pasukan Mongol memaksa mereka mengungsi ke Asia Kecil.

Di bawah kepemimpinan Ertugul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alaudin II dan diberikan tanah di Asia Kecil, yang mereka jadikan pusat pemerintahan di kota Syukud. Setelah kematian Ertugul, anaknya, Utsman, meneruskan perjuangan dengan menaklukkan wilayah sekitar Bizantium. Ketika Alaudin terbunuh dalam pertempuran melawan Mongol, Utsman mendirikan Dinasti Utsmani dan memperluas kekuasaan ke Eropa, Asia Barat, negeri-negeri Arab, dan Afrika.

Kekuatan dan Ekspansi

Kerajaan Turki Utsmani berkuasa di Bosporus, menguasai wilayah dari Asia hingga Eropa, mewarisi kekaisaran Bizantium dan kekhalifahan Arab setelah hancurnya Dinasti Mamluk.

Pertumbuhan Dinasti Utsmani mengejutkan dunia dan Turki Utsmani terlibat dalam Perang Dunia I, yang mengakibatkan penghapusan sistem kekhalifahan.

Pergolakan Politik

Problematik politik internal menyebabkan kekacauan dalam Turki Utsmani. Media massa memanfaatkan situasi ini, termasuk Kemal Atatürk yang menggantikan kepemimpinan dan berhasil memperoleh kekuasaan.

Berita ini menyebar hingga ke Indonesia, di mana tokoh-tokoh nasional juga memberikan tanggapan terhadap perubahan tersebut.

Penyebab Runtuhnya Turki Utsmani

  1. Konflik dan Perang

Keruntuhan Turki Utsmani disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Konflik dengan Rusia dan perebutan Balkan menyebabkan kehilangan wilayah strategis seperti Balkan dan Anatolia Timur.

Penolakan Sultan Abdul Hamid II terhadap modernisasi menyebabkan keterbelakangan dan serangan oleh kelompok nasionalis.

2. Revolusi Turki Muda

Gerakan Turki Muda menuntut demokratisasi dan konstitusionalisme. Meskipun awalnya mendapat dukungan, kebijakan diskriminatif terhadap minoritas menyebabkan konflik internal.

Tiga tokoh muda saat itu, seperti Ismail Enver, Ahmet Cemal, dan Mehmed Talat memainkan peran penting dalam perubahan ini.

3. Kekalahan dalam Perang Dunia

Kegagalan Turki Utsmani dalam Perang Dunia I merupakan faktor utama keruntuhannya. Mustafa Kemal mengusir penjajah dan mendirikan Republik Turki pada 1923. Parlemen Turki menobatkannya sebagai Atatürk, “Bapak Bangsa Turki”

Dampak Runtuhnya Turki Utsmani

  • Dampak Negatif

– Nasionalisme memecah belah negara-negara Islam.
– Undang-undang Islam diganti oleh hukum sekuler.
– Kurikulum Islam digantikan oleh kurikulum Barat, menyebarkan pemikiran sekuler.
– Cinta dunia (wahn) menyebabkan keterlenaan.
– Penyebaran ideologi Sekulerisme, Liberalisme, dan Kapitalisme.

  • Dampak Positif

– Kesadaran akan pentingnya pertahanan militer.
– Peningkatan kesadaran untuk melindungi diri dari westernisasi.
– Pembukaan jalur perdagangan baru bagi umat Islam.
– Penyebaran ilmu pengetahuan dan intelektual Islam di berbagai bidang.

Kejatuhan Turki Utsmani dan Hubungan dengan Politik di Indonesia

  • Pengaruh Politik di Indonesia

Jatuhnya Turki Utsmani memberikan dampak signifikan bagi politik Islam di Indonesia. Mohammad Hatta menyatakan bahwa masalah kekhalifahan adalah isu global bagi umat Islam. Sarekat Islam berperan penting dalam mempertahankan kepemimpinan Islam di Hindia Belanda.

  • Tantangan Politik Islam di Indonesia

Perbedaan pandangan antara kaum tradisionalis dan reformis menyebabkan ketegangan politik. Kehilangan sosok kepemimpinan spiritual dan intelektual dari Turki Utsmani memperburuk situasi.

Konflik internal dan eksternal, apatisme politik, dan rendahnya literasi politik menjadi hambatan bagi perkembangan politik Islam di Indonesia.

Analisis Peran dan Posisi Islam Politik di Indonesia

Berbagai pendekatan politik seperti institusional, perilaku, dan neo-marxis digunakan untuk menganalisis politik di Indonesia. Ketidakpuasan masyarakat terhadap politik menyebabkan apatisme dan ketidakpercayaan.

Pendekatan perilaku menunjukkan bahwa politik di Indonesia seringkali tidak memuaskan bagi masyarakat.

Trend Kebangkitan Islam Politik di Indonesia

Gerakan 212 dan pemikiran politik Hasan Al-Banna menunjukkan kebangkitan politik Islam di Indonesia. Meskipun ada paradoks kemenangan dan kekalahan, politik Islam tetap relevan dan penting bagi masyarakat Islam di Indonesia.

Kesimpulan

Dari masa ke masa, politik selalu ada dan terus berkembang. Politik dan Islam tidak bisa dipisahkan, baik dalam kemajuan maupun keruntuhan Turki Utsmani. Organisasi Islam berperan penting dalam menjaga kemurnian nilai-nilai Islam melalui jalur politik. Oleh karena itu, politik harus dijalankan dengan jujur dan adil untuk kepentingan masyarakat dan negara. (Dikutip dari berbagai sumber)

*Mahasiswa STID Mohammad Natsir.