Ragam

KH Said Aqil Siroj: Mimpi Orang Saleh Bisa Jadi Petunjuk Ilahi di Masa Akhir Zaman

×

KH Said Aqil Siroj: Mimpi Orang Saleh Bisa Jadi Petunjuk Ilahi di Masa Akhir Zaman

Sebarkan artikel ini
KH Said Aqil Siroj: Mimpi Orang Saleh Bisa Jadi Petunjuk Ilahi di Masa Akhir Zaman
KH Hahfiudin Sakam, KH Said Aqil Siroj (tengah) dan moderator Imam Addaruqutni/dok.Editor Indonesia/Busan

Editor Indonesia, Jakarta — Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyatakan bahwa mimpi yang dialami oleh orang-orang saleh dapat menjadi bentuk wahyu non-kenabian atau mubasyirat, terutama di masa akhir zaman. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam dialog internasional bertajuk Bedah Mubasyirat di Akhir Zaman yang digelar di Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jakarta Selatan, Kamis (1/5).

Menurut KH Said Aqil Siroj, mimpi yang disebut ruqyah shodiqoh merupakan bagian kecil dari kenabian. “Mimpi itu tidak 100 persen benar. Tapi kalau datang dari orang saleh dan tanpa kepentingan pribadi, itu disebut ruqyah shodiqoh—1/46 bagian dari kenabian,” ujarnya.

Ia menjelaskan, secara umum terdapat tiga jenis mimpi: mimpi karena bunga tidur, mimpi yang dipicu oleh keinginan, serta mimpi yang berasal dari Allah SWT. Ia menambahkan bahwa ketika manusia tidur, ruh kecilnya bersatu dengan ruh universal, menjadikannya lebih mudah menerima pesan Ilahi.

KH Said Aqil juga mengapresiasi inisiatif Gerakan Akhir Zaman (Gaza) dalam mengangkat tema mubasyirat. “Ini pembahasan tingkat tinggi yang tidak mudah dipahami oleh orang awam,” katanya.

Pernyataan senada disampaikan oleh tokoh lainnya, KH Abdul Wahid Maktub, yang menilai bahwa kajian mubasyirat memerlukan tingkat intelektual dan spiritual yang tinggi. “Mubasyirat adalah soal membaca masa depan. Dan semua panduan masa depan itu sudah lengkap di dalam Al-Qur’an,” ujar Rektor President University yang juga pernah menjabat Duta Besar RI untuk Qatar itu.

Ia menilai dunia saat ini tengah mengalami krisis multidimensi yang tidak lagi bisa diselesaikan dengan pendekatan ilmiah konvensional. Karena itu, dibutuhkan visi dan peradaban baru berbasis nilai-nilai wahyu. “Gagasan ijtihadi yang digagas Kang Diki Candra melalui kajian mubasyirat adalah inisiatif penting untuk mengatasi distorsi peradaban global,” katanya.

Sementara itu, Ketua Majelis Gaza R. Diki Candra mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menghimpun ribuan data mimpi mubasyirat dari berbagai negara, di mana sekitar setengah dari mimpi tersebut telah menjadi kenyataan. “Ini berpotensi menjadi informasi intelijen penting bagi negara,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Majelis Gaza akan membentuk tim kecil untuk merumuskan kajian dan analisis dari data tersebut, sebelum diserahkan kepada pemerintah sebagai bahan pertimbangan strategis.

Dialog tersebut juga dihadiri tokoh-tokoh lain seperti Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI KH Wahfiudin Sakam, Ustad Dede Hikayat, dan mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah H. Imam Addaruqutni yang bertindak sebagai moderator. Para peserta sepakat bahwa dialog lanjutan perlu digelar untuk memperkuat khazanah keilmuan seputar mubasyirat sebagai bagian dari solusi peradaban Islam terhadap krisis global. (Har)