Editor Indonesia, Jakarta – Dua raksasa teknologi, platform media sosial X (sebelumnya Twitter) dan perusahaan infrastruktur web penting, Cloudflare, dilaporkan mengalami gangguan massal pada hari Selasa pagi waktu setempat, membuat ribuan pengguna di seluruh dunia tidak dapat mengakses layanan.
Menurut laporan dari Downdetector, lebih dari 5.600 pengguna melaporkan adanya masalah dengan platform X. Secara bersamaan, Cloudflare—yang menyediakan layanan keamanan dan akselerasi untuk jutaan situs web—juga mengalami gangguan yang berdampak pada berbagai layanan daring lainnya.
Dampak Meluas: OpenAI hingga AWS Ikut Tumbang
Gangguan pada Cloudflare disinyalir menjadi katalisator bagi serangkaian pemadaman layanan lainnya. Downdetector.com mencatat beberapa perusahaan besar yang juga terdampak, termasuk OpenAI, Facebook, AWS (Amazon Web Services), bet365, Canva, Spotify, BrightHR, dan bahkan game populer League of Legends.
Hingga saat ini, belum jelas apakah gangguan pada X dan Cloudflare memiliki korelasi langsung. Sementara itu menanggapi gangguan ini Pihak Cloudflare melalui laman resminya menyatakan akan memitigasi masalah ini.
“Kami sedang berupaya memahami dampak penuh dan memitigasi masalah ini. Pembaruan lebih lanjut akan menyusul dalam waktu singkat,” ujar Cloudflare melalui halaman status resminya.
Pada pukul 13.09 waktu setempat, Cloudflare mengumumkan bahwa mereka telah mengidentifikasi akar masalah dan sedang dalam proses mengimplementasikan perbaikan.
Sorotan pada Ketergantungan Infrastruktur Tunggal
Graeme Stuart, Kepala Sektor Publik di Check Point, sebuah perusahaan keamanan siber yang dikenal sebagai pionir firewall, menyoroti tren kerentanan ini.
“Gangguan Cloudflare hari ini sejalan dengan pola yang kita lihat pada pemadaman AWS dan Azure baru-baru ini. Platform-platform ini sangat luas, efisien, dan digunakan oleh hampir setiap sendi kehidupan modern,” kata Stuart dikutip dari sky news, Selasa (18/11).
Ia menekankan bahwa ketika platform sebesar ini mengalami kegagalan, dampaknya menyebar “jauh dan cepat, dirasakan semua orang secara serentak.”
Menurut Stuart, pemadaman yang dilaporkan ini jarang terjadi karena kegagalan internal masing-masing organisasi, melainkan karena “satu lapisan tunggal yang menjadi sandaran mereka semua berhenti merespons.”
“Banyak organisasi masih menjalankan semuanya melalui satu rute tanpa cadangan yang memadai. Ketika rute itu gagal, tidak ada fallback (cadangan). Itu adalah kelemahan yang terus kita saksikan,” jelasnya.
Stuart menyimpulkan dengan kritik mendalam terhadap arsitektur internet modern, “Internet dirancang agar tangguh melalui distribusi, namun kita malah memusatkan sejumlah besar lalu lintas global ke segelintir penyedia layanan cloud.”
Gangguan ini sekali lagi menyoroti kerentanan ekosistem digital global terhadap kegagalan infrastruktur tunggal dan pentingnya strategi multi-cloud dan sistem cadangan yang kuat.
Sementara itu di Indonesia gangguan terdeteksi pada pukul 20.15 WIB. (Frd)





