Editor Indonesia, Jakarta – Keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menunjuk kembali Hasto Kristiyanto sebagai Sekretaris Jenderal bukan tanpa alasan. Legislator PDIP menegaskan, rekam jejak kemenangan beruntun di tiga pemilu terakhir menjadi faktor utama yang membuat Megawati mantap mempertahankan Hasto di posisi strategis tersebut.
Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Aria Bima, menjelaskan bahwa penunjukan Hasto sepenuhnya merupakan hak prerogatif Megawati sebagai ketua umum.
“Ibu Megawati adalah formatur tunggal. Otomatis, sebagai ketua umum, beliau menentukan format sekaligus personalia kepengurusan,” kata Aria Bima di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025)
Menurutnya, keputusan itu juga mempertimbangkan kebutuhan Indonesia di usia ke-80 tahun untuk memiliki partai nasional yang solid. “Soliditas internal akan sangat menentukan peran PDIP ke depan,” ujarnya.
Senada, legislator PDIP Andreas Hugo Pareira menilai faktor kemenangan menjadi pertimbangan penting Megawati.
“Ini kemenangan ketiga PDI Perjuangan, dan Hasto ada di situ. Saya kira itu juga yang dilihat Ibu Megawati,” kata Hugo.
Meski mengakui ada beberapa nama baru di jajaran kepengurusan, Hugo menyebut merombak struktur secara total bukan perkara mudah. “Kita harus tetap menjaga keseimbangan antara regenerasi dan stabilitas,” tambahnya.
Hasto Kristiyanto resmi kembali menjabat Sekjen PDIP pada 14 Agustus 2025. Keputusan ini diambil dalam rapat DPP PDIP pada Kamis siang dan langsung diikuti pelantikan dalam rapat pleno yang sama.
Disisi lain, kembalinya Hasto menegaskan pola kepemimpinan PDIP yang masih bertumpu pada figur sentral Megawati, dengan prioritas pada loyalitas dan bukti kemenangan di lapangan. Meski strategi ini menjamin soliditas jangka pendek, minimnya rotasi di posisi kunci bisa memunculkan pertanyaan tentang kesiapan partai membuka ruang bagi kader muda untuk menguji kapasitas mereka di level tertinggi. Dalam lanskap politik yang dinamis, mempertahankan status quo bisa menjadi kekuatan sekaligus potensi titik lemah PDIP. (Har)
