Nusantara

Memperingati Malam Agustusan Warga Desa Bangsri Gelar Sarasehan Bedah Desa

×

Memperingati Malam Agustusan Warga Desa Bangsri Gelar Sarasehan Bedah Desa

Sebarkan artikel ini
Memeringati Malam 17 Agustus Warga Desa di Brebes Gelar Sarasehan Bedah Desa
Suasana Serasehan Bedah Desa Bangsri, Kecamatan Buakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah./dok.Sup-editor indonesia

Editor Indonesia, Brebes- Beragam cara dilakukan warga dalam memperingati malam Agustusan atau malam menjelang (paginya) tepat tanggal 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan RI yang ke-79. Seperti, di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sebuah desa memggelar sarasehan tentang asal usul desa. Tujuannya, agar warga lebih mengenal desa mereka, sehingga akan lebih mempererat hubungan antarwarga.

Adalah Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, yang warganya menggelar sarasehan tentang sejarah desa mereka. Acara digelar di balai desa setempat, pada Jumat (16/8/2024) malam. Tak hanya sarasehan, warga sekaligus juga menggelar tahlilan dan doa bersama agar bangsa Indonesia di kemudian hari bisa lebih baik lagi, ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

Dalam sarasehan yang dihadiri antara lain Kepala Desa Bangsri, Muchson dan tokoh masyarakat Syamhaji serta seratusan perwakilan warga, mengundang sebagai nara sumber, yakni Drs. Atmo Tan Sidik, yang dikenal sebagai Budayawan Pantura. Atmo didapuk untuk menelisik sekilas tentang Desa Bangsri dalam “konteks” Kabupaten Brebes dan juga terkait dengan kerajaan zaman dahulu.

Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Bangsri, Mustofa Gamal, mempertanyakan sejumlah peninggalan atau artefak yang ada di Desa Bangsri, karena banyak warga yang hingga kini tidak faham siapa pendiri atau asal usulnya bagaimana.

“Kami mengusulkan untuk membentuk tim, mengungkap sejarah Desa Bangsri, yang sampai kini masih simpang siur. Yakni tentang sejarah berdirinya Masjid Ataqwa Bangsri, yang konon masih ada kaitannya dengan Kerajaan Mataram dan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Makam Dawa yang ada di Pedukuhan Banjarmlati,” ujar Mustofa Gamal.

Mustofa Gamal mengungkap, tentang sejarah berdirinya Masjid Ataqwa Bangsri dan Makam Dawa di Pedukuhan Banjarmlati itu penting, karena jika masyarakat tidak mengetahui secara persis, akan menganggap sebagai mitos atau legenda.

“Apabila masyarakat tidak mengetahui secara persis tentang kedua peninggalan yang ada di Desa Bangsri itu, akan menimbulkan tanda tanya yang tidak ada ujungnya. Masyarakat menjadi penasaran,” jelas Mustofa Gamal.

Budayawan Pantura Atmo Tan Sidik, menyampaikan jika mengulik sejarah berdirinya suatu desa secara komplet, menjadi penting, karena bisa mempererat kehidupan antarwarga, yang selanjutnya bisa mempererat hubungan antarmereka.

“Juga menjadi penting, untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Sebab, tidak bisa lepas dengan unsur spritulitas, termasuk dalam pengenalan lebih mendalam tentang sejarah asal usul berdirinya suatu desa,” ujar Atmo Tan Sidik, yang mantan Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Brebes.

Kaitannya dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke-79, menurut Atmo Tan Sidik, bahwa kemerdekaan yang sudah diraih bangsa Indonesia harus ditopang oleh komponen penyangga, seperti ulama, umaro konglomerat penjabat dan masyarakat.

“Karena kita tidak bisa hidup hanya sendirian. Bagi generasi muda, ya itu tadi bahwa kita tidak bisa hidup sendirian termasuk dalam proses merebut Kemerdekaan RI,” ujar Atmo Tan sidi, yang juga mantan Pelala desa (Kades) Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes itu.

Usai berdizikir dan doa bersama, semua yang hadir dalam “malam renungan” memperingati HUT RI yang ke-79 tersebut, makan bersama puluhan nasi tumpeng yang disediakan panitia. (Sup/A-1)