Editor Indonesia, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu) menyatakan pembiayaan utang oleh pemerintah hingga Mei 2024 mencapai nilai Rp132,2 triliun. Realisasi itu disebut lebih rendah dari periode yang sama di 2023 sebanyak Rp150,5 triliun.
“Sampai Mei pembiayaan utang kita Rp132,2 trliliun, ini turun 12,2%. Kenapa pembiayaan utang bisa turun? Karena kita juga menggunakan dari sumber yang berasal dari SAL tahun sebelumnya,” ujar Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, di Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Penurunan pembiayaan utang itu dinilai sebagai capaian positif lantaran kinerja pendapatan negara mengalami penurunan, sementara belanja negara meningkat. Hingga Mei 2024, pendapatan negara tercatat Rp1.123,5 triliun, turun 7,1% dari periode yang sama di 2023 sebesar Rp1.209,0 triliun.
Sedangkan belanja negara tercatat naik 14% dari Rp1.004,9 triliun di Mei 2023 menjadi Rp1.145, 3 triliun pada Mei 2024. Alhasil, APBN mencatatkan defisit Rp21,8 triliun, setara 0,10% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di bulan kelima tahun ini.
Sri Mulyani mengatakan, pembiayaan utang yang lebih rendah, di tengah tekanan ekonomi global dan pendapatan negara yang turun merupakan buah dari kehati-hatian pengelolaan fiskal dalam beberapa tahun terakhir.
“Ini tidak terlepas dari pengelolaan fiskal kita yang extremely hati-hati semenjak pandemi dan recovery, kita terus menjaga dan mengantisipasi normalisasi seperti sekarang ini. ini adalah dampak dari menjaga kehati-hatian menjaga APBN yang dirasakan manfaatnya sekarang ini,” jelasnya.
Adapun pembiayaan anggaran hingga Mei 2024 tercatat sebesar Rp84,6 triliun, turun 28,7% dari realisasi Mei 2023 yang senilai Rp118,6 triliun. Sedangkan pembiayaan utang yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) telah mencapai Rp141,6 triliun, turun 2% dari periode yang sama di 2023 sebesar Rp144,5 triliun.
“Pembiayaan hingga 31 Mei mencapai Rp84,6 triliun, turun 28,7% pada saat APBN mengalami tekanan penerimaan, belanja naik, dan guncangan global luar biasa. Ini adalah manajemen fiskal yang sangat pruden dan antisipatif,” kata Sri Mulyani.
“Tentu untuk bisa melindungi agar SBN Indonesia tidak mengalami tekanan yang sifatnya besar dan tidak rasional. Ini adalah dari cara kita mengelola APBN secara hati-hati dan selalu antisipatif,” ujarnya.
Untuk diketahui, pembiayaan utang adalah cara mendapatkan dana melalui peminjaman uang yang harus dibayar kembali di masa mendatang dengan bunga. Ini bisa dilakukan oleh individu, perusahaan, atau pemerintah untuk berbagai tujuan. Ada beberapa jenis pembiayaan utang, termasuk; pinjaman bank, obligasi, kartu kredit dan pinjaman usaha kredit. (Her)












