Editor Indonesia, Tenggarong – Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki menegaskan, pentingnya hilirisasi produk kratom melalui koperasi di Kalimantan, demi meningkatkan nilai tambah dan memperkuat ekonomi daerah.
“Koperasi di Kalimantan sudah mampu memproduksi kratom, langkah ini sangat potensial untuk mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat,” ujar MenkopUKM Teten Masduki, usai kunjungan ke Sentra Produksi Kratom milik Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) cabang Kalimantan Timur, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Jumat (13/9/2024).
Kratom, ialah tanaman herbal asli Asia Tenggara yang dikenal memiliki nilai ekonomi tinggi, telah menjadi perhatian khusus dalam Rapat Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi. MenkopUKM optimistis bahwa hilirisasi produk ini akan memperkuat rantai pasokan industri farmasi, makanan, dan minuman.
“Permintaan dunia terhadap kratom meningkat tajam, dengan tren ekspor tumbuh 15,92 persen setiap tahun sejak 2019. Amerika Serikat merupakan pasar utama kratom Indonesia,” ungkap Teten.
Salah satu negara tujuan ekspor utama kratom Indonesia adalah Amerika Serikat. Pada periode Januari-Mei 2023, porsi AS mencapai 4,86 juta dolar AS atau 66,30 persen dari total ekspor kratom Indonesia.

“Jangan sampai negara lain yang mengambil potensi besar dan keuntungan dari kratom ini,” kata MenkopUKM.
Melalui hilirisasi, kratom diharapkan tidak hanya dijual dalam bentuk bahan mentah, namun diolah menjadi produk dengan nilai tambah. MenkopUKM menekankan pentingnya regulasi yang menjaga ekosistem perdagangan, agar kratom tidak dikuasai oleh pihak-pihak asing.
Ke depan, Menteri Teten berharap kratom harus menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi lebih. “Dan ini bisa menjadi produk unggulan dari Kalimantan,” kata MenkopUKM.
Bahkan, dengan pengembangan bahan baku lokal yang melibatkan banyak orang, hal ini bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Yang pasti, komoditas kratom memiliki potensi sangat tinggi bagi peningkatan kesejahteraan petani, pendapatan daerah, dan pendapatan nasional, sehingga perlu ada regulasi tata kelola kratom yang melindungi kepentingan petani dari tengkulak maupun eksportir nakal.
Dalam hal ini, MenkopUKM mewanti-wanti agar ekosistem perdagangan dan investasi harus tepat dan terjaga baik. “Kalau tidak, nilai ekonomi dari kratom bisa diambil pihak lain,” kata Menteri Teten.
Yohanis Walean, CEO Koperasi Koprabuh, menyebut kratom sebagai “Emas Hijau” yang potensinya bahkan melebihi sawit. “Kratom bisa tumbuh di lahan-lahan yang terendam air, menjadikannya tanaman strategis untuk Kalimantan,” ungkapnya.
Penanaman kratom pun terbilang tidak rumit. “Kuncinya, harus yang dekat sumber air, daerah aliran sungai, rawa, dan tepi danau. Walaupun terendam banjir selama tiga bulan, pohon kratom tetap tumbuh bertahan,” ujar Yohanis. (Didi)