Editor Indonesia, Jakarta – Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, mengundurkan diri pada Rabu (21/5) setelah menuai kecaman atas pernyataannya terkait kebiasaannya yang tidak membeli beras karena menerima banyak hadiah dari para pendukungnya. Pernyataan tersebut dianggap tidak sensitif dan memicu kemarahan publik, terutama di tengah kekhawatiran akan lonjakan harga beras yang signifikan.
Pengunduran diri Eto menambah tekanan politik bagi Perdana Menteri Shigeru Ishiba, yang popularitasnya sedang menurun akibat isu biaya hidup yang meningkat, terutama harga beras yang melambung tinggi.
Sumber-sumber pemerintahan mengindikasikan bahwa PM Ishiba kemungkinan akan menunjuk Shinjiro Koizumi (44 tahun), mantan Menteri Lingkungan Hidup yang populer, sebagai pengganti Eto. Koizumi sebelumnya pernah menjadi rival Ishiba dalam pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP).
Menanggapi pengunduran diri Eto, PM Ishiba menyatakan bertanggung jawab penuh atas keputusannya memilih dan mempertahankan Eto di tengah gelombang kritik masyarakat. “Saya akan menerima semua kritik,” tegas Ishiba.
Sementara itu, Eto (64) menyerahkan surat pengunduran dirinya di kantor perdana menteri hanya beberapa jam sebelum Ishiba dijadwalkan menghadapi para pemimpin partai oposisi di parlemen, yang sebelumnya telah bulat menyerukan pengunduran diri Eto.
Skandal ini muncul menjelang pemilihan Majelis Tinggi pada musim panas mendatang, sebuah pertarungan politik penting bagi koalisi pemerintahan yang sebelumnya kehilangan kendali atas Majelis Rendah. Eto menjadi menteri kabinet pertama di bawah pemerintahan Ishiba yang mengundurkan diri bukan karena kekalahan dalam pemilu.
“Saya bertanya pada diri sendiri apakah pantas bagi saya untuk tetap memimpin kementerian di saat kritis seperti sekarang, ketika harga beras melonjak. Saya menyimpulkan bahwa tidak,” ujar Eto kepada wartawan setelah resmi mengundurkan diri.
“Saya sekali lagi meminta maaf kepada masyarakat atas komentar saya yang sangat tidak pantas, terutama di tengah perjuangan mereka menghadapi kenaikan harga beras,” imbuhnya.
Komentar kontroversial Eto muncul tak lama setelah Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengumumkan pelepasan stok darurat beras hingga Juli sebagai upaya untuk menurunkan harga pasar yang telah melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Eto dikenal sebagai salah satu pakar kebijakan pertanian terkemuka di partai berkuasa dan pernah menjabat sebagai menteri pertanian di bawah pemerintahan mantan PM Shinzo Abe.
Ia mengakui bahwa komentarnya yang dilontarkan dalam acara penggalangan dana partai pada Minggu lalu sebagai “gurauan” namun “melampaui batas”. Pernyataannya tersebut memicu pertanyaan dari anggota parlemen oposisi mengenai kelayakannya menduduki posisi menteri.
Partai-partai oposisi utama Jepang telah sepakat pada Selasa (20/5/2025) untuk mendesak pengunduran diri Eto, bahkan mengancam akan mengajukan mosi tidak percaya. Kritik juga datang dari internal koalisi pemerintahan, dengan beberapa petinggi partai menilai pengunduran diri Eto sebagai sesuatu yang tak terhindarkan.
Dilain pihak, Shinjiro Koizumi, yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat pengganti Eto, meskipun kalah dalam pemilihan ketua LDP dari Ishiba, tetap menjadi salah satu tokoh publik yang populer dan dipandang sebagai calon pemimpin masa depan Jepang. (Her)







