Ragam

Mi Instan Jangan untuk Makan Sahur, Ini Risikonya

×

Mi Instan Jangan untuk Makan Sahur, Ini Risikonya

Sebarkan artikel ini
hindari makan sahur dengan mi instan
Ilustrasi/dok.image generator

Editorindonesia, Jakarta – Hindari sahur dengan mi instan, kendati mi instan merupakan opsi spontan muncul ketika kita kehabisan ide menu makan sahur. Harganya murah, banyak variasi rasanya dan lumayan membuat perut kenyang.

Mi instan pula bisa jadi langsung kita pilih ketika terlambat bangun untuk makan sahur. Proses membuatnya cepat dan kita gampang menambahkan sayuran, telur atau sosis/bakso, kerupuk dan lainnya sebagai lauk.

Di balik segala kepraktisannya, mi instan ternyata salah satu makanan yang sebaiknya tidak ada dalam menu sahur kita. Ada banyak dampak kurang baik yang berpotensi membuat ibadah puasa kita batal bila menyantap mi instan sebagai menu sahur.

Kandungan bahan-bahannya adalah penyebab utama mi instan bukan makanan yang tepat menjadi menu sahur. Meski sahur yang paling terburu-buru sekalipun. Di dalam laman media kesehatan Healthline.com terdapat uraian penjelasan dari masing-masing efeknya adalah berikut;

1. Membakar tenggorokanmu
Pernah sahur dengan mi instan? Pasti ketika bangun tidur merasa sangat haus dan di dalam tenggorokan ada sensasi rasa terbakar yang membuat kita berharap bisa segera memadamkannya dengan minum segelas air hangat.

Rasa haus dan sensasi terbakar tersebut adalah efek dari zat natrium dan MSG di dalam kandungan bumbu bubuk mi instant. Meski tidak sepenuhnya mujarab, mengurangi porsi bumbu yang kita tabur ke mi instan dapat menekan dampak rasa haus dan sensasi tenggorokan terbakar.

2. Membuatmu cepat lapar
Gandum yang adalah bahan baku utama mi instan, tergolong berkarbohidrat tinggi. Berkat karbohidrat inilah kita kenyang. Namun hanya beberapa jam dan selanjutnya adalah kita merasa lapar.

Rasa lapar tersebut efek dari lonjakan kadar gula dalam darah hasil pengolahan karbohidrat oleh tubuh. Situasi akan bertambah buruk bila kita menyantap mi instan tersebut sebagai teman nasi putih hangat yang juga tergolong tinggi karbohidrat.

Ketika perut terasa lapar, pasti tubuh kita terasa lemah. Itu karena mi instant memang tidak mengandung gizi yang cukup untuk sumber energi tubuh. Situasi menjadi dilematis sebab membuat kita berpikir mencari asupan energi tambahan alias makan atau minum padahal adzan waktu salat ashar belum juga berkumandang.

3. Menghambat penyerapan nutrisi
Laman BBCNews.com melansir sebuah hasil penelitian perbandingan kondisi usus ketika mencerna mi non-instan dengan mi instant. Diperlihatkan foto kondisi usus berisi mi non-instan telah kosong dalam waktu dua jam setelah makan. Artinya makanan yang masuk berhasil usus cerna sempurna dalam waktu kurang dari dua jam.

Sebaliknya usus berisi mi instan terlihat masih penuh. Untaian mi instan nampak utuh dan bergumpal. Artinya usus butuh waktu lebih dari dua jam untuk bisa mencernanya. Selama itu pula proses penyerapan nutrisi makanan sehat lain hingga penyalurannya sebagai energi oleh darah ke sel-sel tubuh pun terhambat. Dampak yang kita rasakan adalah tubuh lemas, kurang tenaga.

Peneliti berkesimpulan bahwa zat kimia pengawet mi instan memaksa usus bekerja lebih keras dan lama. Mereka menyakini konsumsi mi instan terus menerus dan dalam waktu lama, dapat mempengaruhi kualitas enzim dan mengubah komposisi bakteri pengurai dalam usus. Dampak terburuknya adalah kanker usus colon.

Protein untuk sahur

Puasa secara kasat mata adalah menggeser jam makan rutin saja. Namun aktifitas rutin fisik dan otak kita relatif tidak berubah dalam rentang waktu tersebut. Kita butuh asupan nutrisi yang baik agar tubuh tetap stabil bertenaga.

Maka kualitas menu sahur perlu mendapat perhatian sebab itulah sumber pasokan energi tubuh kita hingga tiba berbuka puasa. Kunci menu sahur sehat adalah memperbanyak protein yang mudah kita peroleh dari telur, tempe, sayuran segar, serta daging dan ikan segar serta buah-buahan.

Terlambat sahur?

Bagaimana kalau kita bangun tidur ketika menjelang bahkan sudah masuk waktu imsak? Di dalam buku “Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui.” ada saran kita menghindari makan dan minum setelah masuk waktunya imsak. Ini adalah bentuk kehati-hatian agar kita tidak dalam kondisi makan dan minum saat sudah masuk waktu subuh.

Di sisi lain saran ulama terkemuka M. Quraish Shihab di atas menegaskan bahwa imsak bukan tanda dimulainya waktu berpuasa pada hari tersebut. Start puasa adalah saat terbitnya fajar atau waktu subuh, seperti surat Al-Baqarah ayat 187 nyatakan berikut ini:

وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ

Artinya: “Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitubfajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam.”

Maka waktu imsak yang rata-rata 10 menit sebelum waktu subuh, dapat kita pahami sebagaibmasa tenggang. Kita masih boleh sahur pada saat imsak tetapi jangan sampai melebihi adzan subuh.

Mengingat waktu imsak yang sempit, maka pilihan terbaik untuk sahur adalah minum air putih sebanyak-banyaknya. Bila masih ada kurma sisa berbuka, tentunya lebih baik.

Namun bila waktu yang tersisa terlalu mepet dengan subuh, maka tidak sahur adalah keputusan bijaksana. Perlu kita ingat bahwa sahur bukanlah syarat sah maupun rukun puasa, baik wajib atau sunah. Puasa kita tetap sah selagi kita telah berniat pada malam sebelumnya (khusus puasa wajib Ramadan).

Mari kita puasa sehat berstamina dengan makanan bernutrisi, hindari makan sahur dengan mi instan. Semoga Ramadhan kali ini kita semua mendapat baraqahNYA. (Luhur Herntanto/EI-1)