Internasional

Nigeria Geser Indonesia dari Puncak! Ini Daftar Negara Paling Dermawan di Dunia 2025

×

Nigeria Geser Indonesia dari Puncak! Ini Daftar Negara Paling Dermawan di Dunia 2025

Sebarkan artikel ini
Nigeria salip Indonesia dari Puncak! Ini Daftar Negara Paling Dermawan di Dunia 2025
Ilustrasi kedermawanan/dok.Editor Indonesia-ai
Nigeria salip Indonesia dari Puncak! Ini Daftar Negara Paling Dermawan di Dunia 2025

Editor Indonesia, Jakarta — Nigeria dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia versi World Giving Report 2025 (WGR 2025). Laporan yang disusun oleh Charities Aid Foundation (CAF) itu mengejutkan dunia karena lima dari sepuluh negara paling dermawan justru berasal dari Afrika—benua yang selama ini identik dengan tantangan ekonomi. Sementara Indonesia, yang sebelumnya kerap bertengger di posisi teratas, kini turun ke peringkat 21 dari total 101 negara yang disurvei.

Meski begitu, Indonesia tetap dianggap memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin filantropi di kawasan Asia Tenggara. Pasalnya, warga Indonesia rata-rata menyumbangkan 1,55% dari pendapatannya untuk tujuan sosial—di atas rata-rata global yang hanya 1,04%.

WGR 2025 merupakan pembaruan dari World Giving Index (WGI), yang sebelumnya dirilis rutin setiap tahun oleh CAF. Tidak hanya mencatat frekuensi menyumbang, laporan ini juga menganalisis besaran donasi, pendapatan pemberi, motivasi, hingga tingkat kepercayaan publik terhadap lembaga amal dan peran pemerintah. Survei dilakukan melalui wawancara langsung, online, serta telepon di 101 negara sepanjang tahun 2024, termasuk Indonesia yang bekerjasama dengan Perhimpunan Filantropi Indonesia.

Dalam laporan ini, Nigeria menempati peringkat pertama dengan rata-rata donasi 2,83% dari pendapatan per kapita, diikuti oleh Mesir (2,45%), Tiongkok (2,19%), Ghana (2,19%), dan Kenya (2,13%). Negara-negara Afrika terbukti unggul tidak hanya dalam semangat memberi, tetapi juga dalam kepercayaan terhadap lembaga filantropi lokal.

CAF mencatat bahwa secara global, sekitar 64% populasi dunia memberikan donasi uang, baik langsung kepada individu (40%), melalui badan amal (36%), maupun lewat kegiatan keagamaan (24%). Benua Afrika menjadi kawasan paling dermawan dengan rata-rata donasi 1,54% dari pendapatan, jauh di atas Eropa yang hanya 0,64%.

Di Indonesia, budaya memberi masih sangat kuat. Warga cenderung menyumbang untuk pengentasan kemiskinan, perlindungan anak, serta bantuan kemanusiaan. Donasi disalurkan ke berbagai jalur: langsung ke individu, melalui organisasi sosial, hingga lembaga keagamaan. Rata-rata, seorang pendonor Indonesia menyumbang untuk 3–4 tujuan berbeda.

Menurut Hamid Abidin, peneliti dari PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center), penurunan posisi Indonesia bukan karena berkurangnya semangat memberi, melainkan akibat perubahan metodologi survei. “WGR 2025 menghitung proporsi donasi terhadap pendapatan dan variasi jalur pemberian. Ini berbeda dari WGI yang lebih menekankan pada frekuensi,” ujar Hamid, di Jakarta, Sabtu (2/8/2025).

Hamid juga menyoroti pentingnya tingkat kepercayaan publik terhadap lembaga amal dalam membangun budaya kedermawanan yang sehat. “Negara-negara dengan tingkat kepercayaan tinggi pada organisasi sosial cenderung memiliki partisipasi dan donasi lebih besar,” katanya. Di WGR 2025, skor rata-rata kepercayaan publik global terhadap lembaga amal adalah 9,22 dari 15.

Terkait kebijakan, Hamid menilai pemerintah Indonesia perlu lebih aktif mendorong ekosistem filantropi. Ia menyoroti masih digunakannya UU Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang (PUB) yang dianggap sudah tidak relevan. Insentif pajak bagi donatur juga belum kompetitif dibanding negara lain, bahkan di Asia Tenggara.

“Indonesia bisa menjadi model negara berkembang yang berhasil memadukan nilai sosial dan inovasi dalam filantropi. Tapi tanpa regulasi yang mendukung, potensi besar ini tidak akan optimal,” tegasnya.

WGR 2025 mencatat, di 42 negara yang pemerintahnya proaktif mendukung kegiatan filantropi, rata-rata donasi masyarakat 1,7 kali lebih tinggi dibanding negara yang tidak memiliki dukungan kebijakan serupa.

Dengan kekayaan budaya sosial dan dorongan moral yang kuat, Indonesia masih berada di jalur yang tepat. Namun, kerja sama antara masyarakat, lembaga filantropi, dan pemerintah menjadi kunci agar Indonesia kembali menjadi pusat kedermawanan dunia.

Baca Juga:Jufi dan Perhimpunan Filantropi Indonesia Bahas Penguatan Ekosistem Filantropi

Untuk diketahui, PIRAC (Public Interest Research and Advocacy Center) merupakan organisasi sumber daya nirlaba dan independen yang memberikan pelayanan dalam bentuk penelitian, pelatihan, konsultasi dan fasilitasi, advokasi dan penyebaran informasi di bidang filantropi, mobilisasi sumber daya, kemitraan lintas sektor dan penguatan organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Informasi lebih lengkap mengenai PIRAC bisa dilihat di www.pirac.org (RO/Frd)

Nigeria salip Indonesia dari Puncak! Ini Daftar Negara Paling Dermawan di Dunia 2025