Editor Indonesia, Jakarta – PAM Jaya terus berkomitmen memperluas jaringan distribusi air bersih di wilayah Jakarta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Perusahaan menargetkan penambahan 1.092.255 sambungan baru hingga tahun 2030, yang membutuhkan investasi besar.
Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, menjelaskan bahwa perusahaan mengadopsi model bisnis yang tidak sepenuhnya bergantung pada ekuitas.
“Kita menggunakan aset yang ada untuk mengakses pinjaman, seperti pola pembelian rumah dengan angsuran. Dengan cara ini, perusahaan tetap sehat secara finansial, tetapi proyek tetap berjalan,” ujar Arief di Jakarta, Sabtu (25/1/2025).
Saat ini, nilai aset PAM Jaya diperkirakan mencapai Rp5 triliun, meningkat dari Rp3 triliun setelah mengambil alih pengelolaan air dari dua mitra sebelumnya.
Proyeksi penambahan sambungan air bersih mencapai lebih dari 1 juta sambungan pada tahun 2030. Untuk itu, PAM Jaya mengandalkan sistem KPBU sebagai solusi pendanaan guna menjaga kelancaran proyek tanpa menunda pelaksanaannya.
Arief menegaskan bahwa pola ini memungkinkan perusahaan menarik dana dari pihak ketiga tanpa membebani modal secara berlebihan.
“Kami berharap strategi ini menciptakan infrastruktur air bersih yang lebih efisien, merata di Jakarta, dan mengurangi kesenjangan akses air bersih,” tambahnya.
Berdasarkan data PAM Jaya, peningkatan pelanggan dilakukan secara bertahap. Pada 2024, akan ada tambahan 50.000 sambungan baru dengan suplai air sebesar 358 liter per detik (LPS) dari sumber Jatiluhur Tahap I dan Tirta Benteng.
Sementara itu, tahun 2025 ditargetkan mencapai 192.663 sambungan dengan pasokan air tambahan sebesar 2.370 LPS dari Jatiluhur Tahap II, Pesanggrahan, dan Buaran III. Hingga 2030, perusahaan menargetkan layanan air perpipaan mencakup 100 persen warga Jakarta. (Sar)