Editor Indonesia, Bogor – Perkumpulan AQL mengadakan upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79. Acara ini berlangsung di Ar Rahman Quranic College (AQC) Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dalam upacara tersebut, Pimpinan Perkumpulan AQL, KH Bachtiar Nasir, menyampaikan pesan tentang kemerdekaan sejati. Ia menekankan pentingnya memerdekakan akal, jiwa, dan tauhid sebagai elemen utama perubahan. Akal yang merdeka memungkinkan kreativitas dan inovasi, jiwa yang merdeka bertahan dalam kesulitan, dan tauhid yang merdeka menyatukan agama dan kemanusiaan.
UBN mengutip pernyataan Mohammad Hatta (Bung Hatta), yang mengatakan, Indonesia merdeka harus menjadi bangsa yang berdaulat yang berdiri di atas kaki sendiri. “Seperti dalam peribahasa, berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Mari bersama bergotong royong bersama membangun bangsa menjadi kuat dari setiap aspek,” ungkap Ketua Umum DPP Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI) ini.
UBN mengingatkan agar bangsa Indonesia selalu menjaga persatuan. Karena betapa banyak negara-negara di dunia yang hancur karena perang saudara.
“Mereka berperang sesama saudara dan bertikai. Kalah jadi abu, menang jadi arang. Jangan mau jadi bangsa yang terus berpecah belah, yang terus diadudomba satu sama lain,” ucap UBN tegas.
Kemudian, UBN menyampaikan hadits tentang fenomena penyakit al wahn. Penyakit cinta dunia, takut mati.
Menurut UBN, saat ini umat Islam telah banyak terpapar penyakit al wahn. “Sejujurnya al wahn telah menjadi pandemi para pemimpin dan rakyat ini. Untuk itu, di hari kemerdekaan ini saya ingin berpesan jika ingin menjadi bangsa yang menjadi cahaya bagi bangsa lain, maka bebaskan dirimu dari penyakit wahn ini,” kata UBN.
Penyakit al wahn, jelas UBN, menjadi penyebab umat Islam meninggalkan jihad fisabilillah. Menjadi serakah dunia dan takut mati. Padahal dulu, para pejuang kemerdekaan memperebutkan kemerdekaan dengan cara jihad fisabilillah.
UBN menceritakan perjuangan rakyat Palestina. Meski tanahnya dijajah, dibelenggu tetapi jiwa dan akalnya merdeka.
Mereka, termasuk anak-anak Gaza tegar dengan ujian dan penderitaan yang dialaminya. Hari-hari mereka di tengah dentuman demi dentuman bom.

“Lebih dari 80 ribu ton bom dilemparkan (Israel), lebih hebat dari Hiroshima dan Nagasaki. Anak-anak Gaza menjalani hari penuh dengan ketakutan. Mata mereka kehilangan kilauan kebahagiaan. Tidak hanya bom, tetapi mereka juga kekurangan gizi dan medis,” tegas UBN yang juga Ketua Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM).
Kendati demikian, jiwa mereka merdeka. Karena mereka memiliki prinsip birruh biddam nafdika ya Palestine, nafdika ya Al Quds, nafdika ya Aqsha.
“Saat anak-anak Gaza tumbuh menjadi pribadi yang memiliki prinsip isy kariman aw mut syahidan. Hidup mulia atau mati sebagai syuhada. Mereka tumbuh dengan semangat untuk mengubah nasib mereka. Semoga kita pun demikian,” ujar UBN. (Didi)