Ekonomi

Pertamina Siap Produksi Bioavtur dari Minyak Jelantah, Dukung Penerbangan Ramah Lingkungan

×

Pertamina Siap Produksi Bioavtur dari Minyak Jelantah, Dukung Penerbangan Ramah Lingkungan

Sebarkan artikel ini
Pertamina Siap Produksi Bioavtur dari Minyak Jelantah, Dukung Penerbangan Ramah Lingkungan
PT Kilang Pertamina International (KPI) di kilang Cilacap memproduksi bioavtur dari minyak jelantah/dok.Pertamina

Editor Indonesia, Jakarta – Pertamina melalui PT Kilang Pertamina International (KPI) menargetkan produksi bioavtur berbahan baku minyak jelantah (used cooking oil) di Kilang Cilacap, Jawa Tengah. Inisiatif ini menjadi terobosan terbaru dalam upaya menyediakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan di Indonesia.

Produksi Bioavtur Capai 9.000 Barel per Hari

Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, mengungkapkan bahwa uji coba produksi telah dimulai sejak Maret tahun ini. Proses ini akan diintensifkan hingga April dengan target produksi awal sebesar 9.000 barel per hari (bph) bioavtur.

“April ini berhasil pakai minyak jelantah di Cilacap, karena katalisnya sudah diganti. Dengan sistem co-processing, kita bisa mencapai produksi 9.000 bph,” ujar Taufik dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Rabu (19/3/2025).

Target Pasar Maskapai Internasional

Pertamina menargetkan pemasaran bioavtur ini ke berbagai maskapai, terutama yang melayani rute ke negara-negara dengan regulasi ketat terkait bahan bakar ramah lingkungan.

“Setidaknya untuk penerbangan internasional seperti Singapura dan Malaysia, yang sudah menerapkan aturan 1 persen bioavtur. Artinya, pesawat yang mendarat di sini dan akan terbang kembali ke rute internasional bisa mengisi bahan bakar ini. Namun, kita masih menunggu hasil plant test pada April mendatang,” jelas Taufik.

Komposisi Campuran Bioavtur

KPI akan mencampur avtur dengan minyak jelantah dengan komposisi 3 persen. Artinya, untuk memproduksi 9.000 bph avtur, dibutuhkan sekitar 270 bph minyak jelantah. Dari sisi konsumen, Pelita Air akan menjadi maskapai pertama yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan ini.

Optimalisasi Tata Kelola Minyak Jelantah

Taufik menambahkan bahwa KPI telah menjalin kerja sama dengan kolektor minyak jelantah. Potensi bahan baku ini cukup besar, mengingat selama ini lebih banyak diekspor dengan harga tinggi.

Untuk itu, KPI berharap pemerintah dapat mendukung kebijakan tata kelola minyak jelantah agar dapat dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri.

“Kami berharap ada kebijakan DMO (Domestic Market Obligation) agar minyak jelantah tidak diekspor begitu saja ke Singapura. Dengan regulasi yang tepat, kita bisa mengoptimalkan pemanfaatannya di dalam negeri,” tutup Taufik.

Dengan langkah ini, KPI berkomitmen untuk terus menghadirkan solusi energi yang lebih berkelanjutan demi mendukung industri penerbangan hijau di Indonesia. (RO)