Editor Indonesia, Jakarta – Pemerintah tengah merampungkan penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) yang akan memberikan kewenangan khusus kepada PT Pertamina Tbk. (Pertamina) untuk membeli energi dari perusahaan Amerika Serikat (AS) tanpa melalui proses lelang. Kebijakan ini menjadi bagian dari paket negosiasi ekonomi Indonesia–AS yang menargetkan tercapainya tarif resiprokal kedua negara.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa pengecualian mekanisme lelang ini hanya berlaku untuk perusahaan asal AS sebagai imbal balik atas konsesi tarif yang diberikan kepada Indonesia.
“Karena ini bagian dari reciprocal tariff. Jadi ini hanya untuk perusahaan AS, tanpa bidding,” ujar Airlangga dalam konferensi pers 13th US-Indonesia Investment Summit di Jakarta, Senin (17/11/2025).
Imbal Tarif untuk Komoditas RI
Menurut Airlangga, Indonesia dan AS kini berada dalam tahap final negosiasi pembebasan tarif bagi sejumlah komoditas unggulan Indonesia. Hampir seluruh teks kesepakatan telah disepakati, dan tersisa finalisasi legal drafting.
Sejumlah produk Indonesia yang tidak diproduksi AS—mulai dari minyak kelapa sawit (CPO), karet, teh, hingga kopi—dipastikan menjadi kandidat kuat penerima pembebasan tarif. Komoditas lain seperti tekstil dan alas kaki masih dalam proses pembahasan lanjutan.
Sebelumnya, AS menyetujui penurunan tarif produk Indonesia dari ancaman awal 32% menjadi 19%. Pemerintah menilai keputusan ini membuka ruang peningkatan daya saing ekspor RI di pasar AS.
Komitmen Impor Energi USD 15 Miliar
Sebagai imbal balik penurunan tarif tersebut, Indonesia melalui Pertamina berkomitmen meningkatkan impor energi dari AS hingga USD 15 miliar atau sekitar Rp240 triliun (kurs Rp16.000 per dolar AS). Langkah ini ditujukan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan sekaligus memperkuat hubungan dagang jangka panjang.
Di samping perdagangan, paket kesepakatan juga mencakup investasi proyek strategis di Indonesia dan pembangunan fasilitas blue ammonia di AS dengan nilai investasi mencapai USD 10 miliar.
Airlangga menegaskan bahwa keseluruhan struktur paket dagang dan investasi tersebut akan membuat neraca perdagangan Indonesia–AS kembali berada pada posisi berimbang. (RO/Frd)
Baca Juga: Pekan Depan, Trump Kenakan Tarif Impor 32% untuk Produk dari Indonesia ke AS












