Jabodetabek

Pramono: Sodetan Ciliwung Tidak Optimal Jika Air di PA Manggarai di Bawah 700 Cm

×

Pramono: Sodetan Ciliwung Tidak Optimal Jika Air di PA Manggarai di Bawah 700 Cm

Sebarkan artikel ini
Pramono: Sodetan Ciliwung Tidak Optimal Jika Air di PA Manggarai di Bawah 700 Cm
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung saat kunjungi pengungsi banjir di GOR Jaktim, Rabu (4/3/2025)/dok.Pemkot Jaktim

Editor Indonesia, Jakarta – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyatakan bahwa fungsi Sodetan Ciliwung di Jalan Otista, Jakarta Timur, tidak optimal jika ketinggian air di Pintu Air (PA) Manggarai masih di bawah 700 sentimeter (cm). Pernyataan ini disampaikannya sebagai tanggapan atas keluhan warga terkait banjir yang masih melanda kawasan sekitar sodetan, terutama di Jalan Kebon Pala II, Kampung Melayu, Jatinegara, pada Selasa (4/3/2025).

“Memang kalau tinggi permukaan airnya di bawah 700 cm, Sodetan Ciliwung sebenarnya tidak berfungsi secara maksimal. Jadi saya juga baru tahu,” ujar Pramono, Jumat (7/3/2025).

Pemantauan dari Udara: Jakarta Mulai Pulih, Bekasi Masih Terendam

Saat melakukan pemantauan banjir Jakarta dari helikopter, Pramono menyatakan bahwa kondisi ibu kota mulai berangsur pulih. Namun, di Bekasi, sejumlah wilayah masih terendam banjir akibat luapan air.

Selain itu, Pramono menjelaskan bahwa sodetan baru dapat berfungsi optimal jika permukaan air di Manggarai mencapai 700 cm. Ia juga mempertimbangkan opsi pengerukan Sodetan Ciliwung guna meningkatkan efektivitasnya dalam mengurangi risiko banjir.

“Sodetannya pun nanti perlu dikeruk kembali karena persoalan di lapangan memang ada,” tambahnya.

Status Pintu Air Manggarai Menurun, Jakarta Berangsur Normal

Saat ini, banjir di Jakarta mulai surut, dengan status Pintu Air Manggarai menurun dari siaga 2 pada Selasa (4/3/2025) menjadi siaga 4. Ketinggian air yang sebelumnya mencapai 850 cm kini turun menjadi 600 cm.

“Kehidupan Jakarta sudah mulai normal kembali,” kata Pramono.

Warga Kebon Pala Pertanyakan Efektivitas Sodetan

Sementara itu, warga Kebon Pala, Warman (48), mengungkapkan kebingungannya terkait efektivitas Sodetan Ciliwung. Menurutnya, meskipun sodetan telah dibangun, kawasan tersebut masih terendam banjir dengan ketinggian yang cukup signifikan.

“Makanya ini bingung juga, sodetan di Otista enggak ada fungsi atau bagaimana? Kan katanya sudah jadi,” ujar Warman.

Ia menambahkan, seharusnya sodetan dapat mengalirkan banjir kiriman ke Banjir Kanal Timur (BKT) yang memiliki kapasitas lebih besar.

“Sodetan itu kan harusnya buang airnya ke BKT, kan itu lebih besar. Tapi kenapa di sini masih banjir?” lanjutnya.

Menurut Warman, banjir kali ini lebih tinggi dibandingkan hari-hari sebelumnya, sehingga warga mulai dievakuasi ke tempat yang lebih aman. (Sar)