Editor Indonesia, Jakarta– Pemerintah Indonesia akan membangun tujuh pabrik pupuk baru dalam lima tahun ke depan sebagai langkah strategis memperkuat kemandirian industri pupuk nasional. Proyek besar ini digadang menjadi tonggak transformasi sektor pertanian melalui efisiensi produksi dan ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan, lima dari tujuh pabrik tersebut ditargetkan rampung pada 2029 dengan total anggaran mencapai sekitar Rp50 triliun.
“Pabrik baru ini menggunakan teknologi efisien sehingga bisa menekan biaya produksi secara signifikan, terutama dalam penggunaan bahan baku gas,” ujar Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (22/10).
Ia menjelaskan, pabrik lama menghabiskan hingga 43 persen biaya untuk gas, sedangkan pabrik baru hanya sekitar 22–23 persen. Efisiensi ini, kata Amran, akan memperkuat daya saing industri pupuk nasional sekaligus mendukung ketahanan pangan Indonesia.
Amran menegaskan, dana pembangunan tujuh pabrik pupuk tersebut merupakan hasil dari efisiensi tata kelola pupuk subsidi. Revitalisasi sistem subsidi yang sebelumnya berfokus di hilir kini diarahkan ke hulu, menghasilkan penghematan negara hingga Rp10 triliun.
Selain menekan biaya produksi sebesar 26 persen, reformasi ini juga mendongkrak kinerja PT Pupuk Indonesia. Laba perusahaan diproyeksikan mencapai Rp2,5 triliun pada 2026, dengan total keuntungan kumulatif hingga Rp7,5 triliun.
Lebih jauh, kebijakan ini membuka peluang peningkatan volume pupuk subsidi hingga 700 ribu ton secara bertahap sampai 2029.
“Langkah ini adalah bukti keberpihakan negara kepada petani. Pemerintah memastikan pupuk tersedia, terjangkau, dan tepat sasaran sebagai bagian dari komitmen mewujudkan kedaulatan pangan nasional,” tegas Amran. (Frd)












