Politik

Roy Suryo Sindir ‘Para-para’ Fufufafa: Blunder Berbahasa di Pidato Publik

×

Roy Suryo Sindir ‘Para-para’ Fufufafa: Blunder Berbahasa di Pidato Publik

Sebarkan artikel ini
Roy Suryo Sindir 'Para-para' Fufufafa: Blunder Berbahasa di Pidato Publik
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka/dok.FB

Editor Indonesia, Jakarta – Roy Suryo, pengamat telematika dan multi media menegaskan bahwa penggunaan kata ‘para-para’ dalam sebuah pidato di Konferensi Besar (Konbes) Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta, Jumat (13/12/2024), bukanlah kesalahan ketik. Menurutnya, penggunaan kata berulang tersebut sudah menjadi ciri khas atau “trade mark” dari tokoh yang menyampaikannya.

“Dalam kaidah bahasa Indonesia, kata ‘para’ sudah menunjukkan bentuk jamak, sehingga pengulangan menjadi ‘para-para’ tidak lazim dan tidak sesuai dengan aturan bahasa,” ujar Roy Suryo kepada editorindonesia.com, Jumat (28/2/2025)

Roy Suryo mencontohkan penggunaan yang benar, seperti “Para kepala daerah sedang retret di Akmil Magelang” atau “Kepala-kepala daerah sedang retret di Akmil Magelang.”

Mantan politisi Partai Demokrat ini, juga mempertanyakan kelayakan pemberi materi dalam retret tersebut. “Bagaimana bisa seseorang yang sering salah dalam penggunaan bahasa memberikan materi kepada para kepala daerah yang memiliki kapasitas dan kapabilitas lebih tinggi?” ujarnya.

Sebelumnya, pengamat kebijakan hukum dan politik, Damai Hari Lubis, turut mengkritisi momen tersebut melalui tulisannya yang berjudul *Gibran Pemberi Materi di Retret: Roy Suryo Tersenyum atau Geleng-Geleng Kepala?*. Artikel ini mencerminkan pandangan masyarakat terhadap isi dan penyampaian materi dalam acara tersebut.

Menurut Roy Suryo, tidak adanya rekaman atau siaran langsung dari acara tersebut menimbulkan spekulasi. “Sayangnya, materi ini tidak disiarkan langsung atau direkam secara terbuka. Publik hanya bisa membaca resume dari media, yang menyoroti bahwa kepala daerah hanya diminta untuk mengikuti program dari presiden tanpa ada program lain,” jelasnya.

Dalam materi yang disampaikan, beberapa poin utama yang ditekankan antara lain sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, dukungan terhadap program prioritas nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), hilirisasi industri, serta penurunan angka stunting. Roy Suryo juga menyinggung kesalahan penyampaian sebelumnya dalam sebuah acara, di mana tokoh yang sama menyebutkan “Asam Sulfat (H2SO4)” alih-alih “Asam Folat.”

Selain itu, Roy Suryo menyoroti penggunaan pantun dalam pidato yang diduga menyindir kepala daerah dari partai tertentu. “Pantun yang dibacakan jelas bermuatan politis, dengan kata ‘merah’ yang mengarah pada warna khas sebuah partai,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa masyarakat berhak mengetahui isi materi yang disampaikan secara utuh, bukan hanya dalam bentuk potongan video yang sudah diedit. “Jangan sampai ada informasi yang direkayasa atau justru kesalahan fatal lainnya, seperti pantun yang berbunyi: ‘Fufufafa bikin heboh di Kaskus, Samsul datang bawa Asam Sulfat. Narkoboy hampir saja jadi kasus, Sekolah amburadul tidak manfaat’,” pungkasnya. (Har)